Beberapa pertanyaan menggelayuti pikiranku. Kado itu buat siapa? Isinya apa? Kenapa Aldo bisa salah ngasih kado? Jangan-jangan kado itu untuk selingkuhannya.
Aaargh! Kalau sampai Aldo selingkuh, aku tak akan memberi ampun. Masa baru satu hari jadian sudah selingkuh. Tapi kalau memang benar selingkuh, akan kusiram pake air pel, lalu dilempar pakai tomat busuk dan kupukul pakai sendok sayur biar sekalian berubah jadi batu kayak Malin Kundang. Biar tahu rasa dan....
Auuuuu....
Tiba-tiba aku mendengar suara lolongan anjing. Bulu kudukku merinding. Sesaat aku merasakan aura mistik dari kotak itu. Jangan-jangan isi kotak itu adalah kutukan dan bagi siapa saja orang yang membukanya akan terkena kutukan itu. Atau jangan-jangan isi kado itu adalah.... Hiiy, cepat-cepat aku menutup kepalaku dengan bantal.
***
Suara Pak Iko berkoar-koar menerangkan trigonometri, namun tidak kupedulikan. Pikiranku terpusat pada isi SMS Aldo yang menyuruhku agar menemuinya di area taman sekolah dekat pohon beringin pada jam istirahat nanti. Aku sudah tidak sabar untuk mendengarkan penjelasannya tentang kado mungil itu.
Bel istirahat pun berbunyi. Setelah Pak Iko keluar dari kelas, aku bergegas menuju taman di belakang ruang seni. Aku duduk di bangku di bawah pohon beringin.
Kulihat ada dua siswa yang lewat dan berbisik sambil melirikku. Sepertinya mereka merasa heran melihat aku duduk di bawah pohon beringin sendirian. Aku tidak tahu kenapa Aldo memilih bertemu di tempat ini. Area yang jarang dilewati karena letaknya yang berada di ujung lingkungan sekolah dan terkenal angker.
Lima menit.... Sepuluh menit.... Aldo tak datang juga. Aku mulai merasa ketakutan dan segera mengirim SMS untuk Aldo.
To: Aldo
Kamu di mana? Aku sudah di taman beringin.
Beberapa saat kemudian Aldo datang. "Maaf, Ra. Tadi aku ke toilet dulu."
Cantik yang Berkesadaran, ParagonCorp Ajak Beauty Enthusiast Terapkan Conscious Beauty Lewat Beauty Science Tech 2024
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR