Lima menit kemudian, pintu terbuka. Di balik pintu tersebut muncul wajah dan seseorang yang sudah tiga hari ini dia rinduin. Diego.
"Lidya? Tumben datang ke sini? Masuk!" Diego segera mempersilakan Lidya masuk. Rasanya lega, ternyata segala sesuatunya tak seperti yang dia bayangkan sbelumnya.
"Ada apa, Say?" Diego bertanya ramah kepada Lidya sebelumnya mengajaknya duduk dan menyuruh Mbok Inah membuatkan double milkshake cokelat, kesukaan Lidya.
"Ake kangen banget sama kamu."
Diego hampir tak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.
"Kok tiga hari ini kamu enggak ngehubungin aku sih? Terus aku telepon kok enggak diangkat?" Diego mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut Lidya. Abis baru pertama pacarnya itu ngomong kayak gitu. Setelah tahu kalau itu bukan mimpi dan dia gak salah dan Diego tersenyum ramah pada Lidya. Uh, bener-bener cool banget...
"Sori ya, Say, akhir-akhir ini aku banyak tugas. Aku janji deh enggak bakal kayak gini lagi."
Gentian Lidya yang tersenyum.
"By the way, tugas apaan?" Lidya mengalihkan pembicaraan untuk menutupi groginya.
"Aku disuruh bikin makalah tentang fairy trade gitu. Aku sampai ketimpungan cari bahannya. Boro-boro dapat, arti fair trade saja aku belum tahu. Parah banget kan? Makanya aku pusing banget nih." Diego menuturkan masalahnya.
"Fair trade? Kayaknya aku tahu deh. Hmm...Oh iya! Seingat aku, Make Trade Fair itu kan suatu organisasi yang bertujuan buat mendapatkan kesejajaran dalam perdagangan internasional, supaya tercipta keadilan bagi semua orang. Banyak para pekerja yang menghasilkan bahan dasar seperti beras, kopi, dan cokelat rugi besar karena hasil kerja mereka dibeli sama produsen dengan harga sangat murah. Tapi produsen menjual barang tersebut dengan harga yang cukup mahal. Indonesia adalah penghasil cokelat ketiga terbesar di dunia, tapi entah kenapa petani coklelat dari Indonesia yang sukses. Enggak hanya di sini, hal ini juga terjadi di negara lain. Atas dasar inilah dilakukan fair trade, supaya petani cokelat bisa ikut menikmati hasil kerja keras mereka. Dengan kata lain mereka ngedapetin haknya dengan rata dan adil. Aku pernah baca tuh di beberapa buku dan majalah. Entar kalau kamu mau, aku bawain deh."
Diego mengangguk setuju. Sebenarnya dia enggak terlalu nangkap apa yang dibilang Lidya tadi, habis Lidya ngomongnya kenceng banget kayak kereta api, tapi dia senang akhirnya dapat juga bahan untuk tugasnya.
"Kayaknya kamu tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan cokelat ya...
Hahahaha...."
***
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR