Akhir-akhir ini hujan turun hampir setiap hari. Padahal harusnya kita sudah memasuki musim kemarau sejak April lalu. Menurut situs berita Kompas, para pengamat cuaca dan iklim menyimoulkan, curah hujan pada musim kemarau bakal cenderung basah. Itu disebabkan serangkaian anomali di kawasan sekitar Indonesia yang berdampak sampai akhir tahun.
Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Edvin Aldrian mengatakan kepada Kompas, menghangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia menyebabkan curah hujan tinggi di sebagian wilayah Indonesia sampai saat ini. "Lemahnya arus massa udara dari Australia membuat uap air tidak terdorong ke utara/daratan Asia dan tertahan di atas Indonesia. Jadi, wilayah kita terkepung," ungkap Edvin.
Deputi Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Bidang Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Thomas Djamaluddin mengatakan, suhu muka laut hangat memicu peningkatan curah hujan pada pancaroba ini. "Jika berlanjut, berpotensi jadi kemarau basah, kemarau yang banyak hujan seperti tahun 2010," ujarnya.
Fenomena anomali cuaca kali ini diyakini Edvin sebagai akibat dari perubahan iklim. Hal itu juga terlihat dari pembentukan awan badai yang lebih banyak daripada biasanya yang disertai sama terjangan yang terus meluas. Hal itu juga ditunjukkan munculnya curah hujan yang makin deras dan suhu udara yang semakin panas. Buat menghadapi kemarau basah ini, jaga kesehatan dan jangan lupa bawa payung, ya!
(lana, foto: japan-culture-tourist.com)
Penulis | : | cewekbanget |
Editor | : | CewekBanget |
KOMENTAR