Alawi Yusianto Putra, siswa kelas 10 SMA 6 Jakarta meninggal di dekat sekolahnya, Senin siang (24/9). Alawi menjadi korban tawuran antara beberapa siswa sekolahnya dan siswa SMA 70 Jakarta. Tawuran yang pecah setelah ujian akhir semester ini, bukan kali pertama terjadi. Sejak lama, kedua sekolah ini memang sering terlibat tawuran. Dan kini, aksi mereka memakan korban.
Menurut El Farouq Hasan teman Alawi yang menjadi saksi, mereka sebenarnya tidak terlibat dalam tawuran. Menurut pengakuan Farouq kepada Kompas, seusai jam sekolah, Alawi bersama beberapa teman-temannya sedang makan di Gulai Tikungan, Bulungan.
Tiba-tiba sekitar dua puluh orang siswa SMA 70 Jakarta datang menghampiri. Tanpa banyak bicara, mereka lalu menyerang dengan berbagai senjata. Salah satunya celurit yang akhirnya mengenai dada Alawi.
Mediasi Antar Sekolah
Untuk mengetahui penyebab dan pelakunya, saat ini polisi dan pihak sekolah mengupayakan proses mediasi antar kedua sekolah. Sementara untuk para siswa, untuk hari ini sampai Jumat (28/9) kedua sekolah diliburkan sebagai tanda duka cita dan menghindari serangan balasan.
Relokasi bukan Solusi
Tawuran antar siswa SMA 6 dan SMA 70 Jakarta sudah sering terjadi. Beragam alasannya dari mulai karena cemburu, saling ejek, sampai ke hal-hal yang di luar rencana seperti yang terjadi saat ini. Walaupun sudah banyak media, polisi, bahkan sampai pemerintah yang turun tangan ikut memberikan usulan jalan keluar, tawuran pelajar antara SMA 6 dengan SMA 70 ini masih belum bisa diatasi.
Usulan yang banyak diberikan dari mulai relokasi sampai penggabungan sekolah sempat terlintas. Pemberian sanksi dan pembinaan karakter juga menjadi hal yang harus dilakukan. Karena untuk membuat tawuran antar pelajar ini tidak terulang lagi adalah dengan adanya kesadaran siswa itu sendiri dan juga dengan pertanggungjawaban pihak sekolah dari mulai staff, guru, hingga kepala sekolah atas setiap tindakan kriminal yang dilakukan anak didiknya.
Jangan sampai apa yang dialami Alawi terjadi lagi. Say no to violence! Dan ketika kita mendengar aksi rusuh atau kekerasan yang akan dilakukan oleh teman-teman, langsung laporkan ke pihak sekolah. Siapa tahu laporan yang kita berikan bisa menyelamatkan nyawa teman-teman kita.
(gita)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR