Sebuah pementasan tari yang apik digelar pada tanggal 22-25 Juni 2012 di TeaterJakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta kemarin. Pementasan yang melibatkan puluhan penari ini disutradarai oleh Atilah Soeryadjaya bersama penata artistik Jay Subyakto.
Nuansa tradisional
Didukung dengan komposisi musik gamelan khas jawa, nuansa tradisional pementasan ini jadi lebih terasa. Sentuhan modern muncul dengan adanya layar besar di belakang panggung. Dari layar, kita bisa melihat warna-warna yang mendukung dan memperkuat emosi dari setiap babak dan adegan yang ditampilkan. Ini bikin setting panggung jadi terlihat semakin menarik. Selain itu, Atilah Soeryadjaya sempet bilang, kalau detil visual dalam pementasan ini menjadi prioritas. Perhatiin aja gerak tari, detil warna kostum, aksesoris pelengkap kostum, detil komposisi musik gamelan dan setting panggungnya.
Panggung miring
Keunikan yang paling terasa dalam pementasan ini adalah bentuk panggungnya yang sengaja dibuat miring. Karena itu, kita jadi bisa melihat konfigurasi penari dengan lebih jelas. Kemiringan panggung sebesar lima belas derajat ini sempet bikin Jay Subyakto, si pencetus ide, kewalahan. Pasalnya, banyak penari yang sempet protes, lho. Namun, meski Jay sempat dianggap "musuh" karena ide uniknya tersebut, akhirnya ia bisa juga meyakinkan mereka untuk terus menari dan menghadirkan pertunjukkan semaksimal mungkin.
Bagi Jay, untuk menghasilkan pertunjukan yang baik, butuh proses yang panjang. "Enggak ada pertunjukan yang baik yang mudah dilaksanakan," katanya.
Akhirnya, dengan usaha keras dan ketelatenan, para penari atau pelakon dalam sendratari tersebut sukses menampilkan tarian yang bikin kita kagum. Mereka sama sekali enggak tampak mengalami kesulitan bermain di atas panggung miring. Selama pementasan, penonton enggak henti-hentinya menghujani tepuk tangan karena puas.
(dea)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR