Arthur Aron, seorang psikolog di State University of New York mengatakan kalau segala emosi yang timbul dalam diri seseorng saat dia jatuh cinta menggunakan sistem yang sama di otak yang ikut aktif saat seseorang mengonsumsi obat-obatan terlarang seperti kokain.
Bagian otak tersebut adalah amigdala, yaitu bagian yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi. Dari sekian banyak fungsinya, para ilmuwan menemukan bahwa fungsi utama dari amigdala adalah untuk memproses stimulus negatif, yaitu rasa takut. Termasuk rasa takut kehilangan.
Baca juga: 7 Penelitian Yang Membuktikan Kalau Cinta Baik Untuk Kesehatan
Saat kita jatuh cinta, tubuh kita menerima stimulus berupa rasa deg-degan, bahagia, penasaran dan rasa takut (kehilangan). Hal ini membuat kelenjar adrenal yaitu dua buah kelenjar yang terletak di atas ginjal yang bertugas memproduksi hormon-hormon penting dalam tubuh, jadi memroduksi hormon epinephrine (adrenalin), norepinephrine (noradrenalin) dan cortisol dalam jumlah yang banyak di aliaran darah kita.
Nah, ini membuat amigdala di otak kita jadi aktif secara berlebihan. Efeknya pada tubuh sama seperti efek yang akan ditimbulkan kalau kita mengonsumsi kokain. Makanya kalau lagi jatuh cinta kita pasti kita jadi pengin terus melihat orang yang kita sayang atau tahun bagaimana situasi dan kondisi dia, pokoknya terus pengin berhubungan dengan dia.
Selanjutnya saat kita putus, kita kehilangan stimulus-stimulus yang sebelumnya kita terima saat jatuh cintam alhasil, kerja amigdala pun berubah karena kehilangan hormon-hormon yang sebelumnya membanjirinya. Efeknya kembali sama seperti saat seseorang berhenti memakai obat terlarang atau kokain, akan merasa kalut karena kita telah kecanduan atau ketagihan pada hal tersebut.
Source | : | www.salon.com,psychologytoday.com |
Penulis | : | Aisha Ria Ginanti |
Editor | : | Aisha Ria Ginanti |
KOMENTAR