Apa benar sosial media berhubungan dengan masalah psikologis dan sikap terobsesi? Saat kita membuat akun di sosial media, artinya kita harus aktif dan orang lain ikut aktif memperhatikan akun kita. Sayangnya, enggak semua orang menyukai atau memperhatikan akun yang kita punya. Mari mengenali sikap terobsesi 'likes' pada sosial media.
Masalah 'Like'
Seperti yang dikutip dalam situs Dolly, Psikolog ternama, Dr Lissa Johnson, menjelaskan remaja dan kehidupan sosial berbeda dengan grup chat. Sosial media artinya petunjuk seberapa populer diri kita di dunia nyata. Nah, karena hal ini kita berlomba-lomba membuat media sosial dengan followers yang banyak dan semenarik mungkin. Media sosial juga menjadi sarana kita saling membandingkan satu sama lain atau membandingkan diri kita dengan orang lain.
Simbol Status
Gara-gara hal ini, kita terobsesi dengan 'likes'. Arti 'likes' bagi kita adalah seberapa hebat diri kita menarik di mata orang lain. Semakin banyak 'likes' status kita di dunia nyata semakin hebat. Setiap kali membuat status atau posting foto, kita mencari perhatian orang lain. Kemudian komentar dan membentuk sahabat baru di dunia online.
Berbohong
Karena merasa malu, kebanyakan dari kita melakukan ilusi atau kebohongan pada akun sosial media kita. Kebohongan ini klise dan dimulai dengan cara sederhana. Misalnya posting foto lama dan mengaku sedang ditempat tersebut, mengedit foto sesempurna mungkin supaya menarik perhatian cowok, membuat status palsu seperti sedang sedih atau mendapat musibah agar mendapat komentar orang lain. Duh! Hal ini enggak keren girls. Bayangin deh kalau orang lain mengetahui kejujurannya dan tiba-tiba menceritakan ke semua orang. Selain membuat kita malu, image kita juga menjadi buruk di mata orang lain.
Masalah Psikologis
Menurut Dr. Lissa, sosial media bisa memicu stress pada diri kita. Karena membuat kita berkompetisi, merasa khawatir, mudah iri dan bikin persahabatan enggak sehat. Dr.Lissa juga menambahkan semakin sering kita bermain sosial media semakin besar resiko kita mengalami masalah psikologis seperti anxiety (cemas), depresi, merasa rendah diri, tempramen dan stress. Bahkan berdasarkan hasil studi tahun 2013 yang dilakukan Universitas Michigan, Amerika Serikat, ada hubungan antara Facebook dan depresi khususnya pada remaja. Studi ini menyebutkan, orang yang menggunakan atau aktif dalam sosial media ternyata hidupnya enggak bahagia!
(stefanie, foto: sociallyclean.com)
KOMENTAR