“Wah, dia akhirnya ngajak kamu pacaran? Ciee.. Selamat, ya! Keren banget, sih.”
“Kamu sudah menjomblo berapa lama sih?”
“Ngapain sih lama-lama menjomblo? Enggak laku ya?”
“Jadi cewek itu jangan terlalu pemilih lah, nanti enggak ada yang mau lho.”
Pernah mendapat pertanyaan atau pernyataan seperti di atas? Ketika mendapat pacar atau enggak menjadi satu hal krusial banget untuk cewek-cewek. Ketika begitu banyak teman-teman kita yang suka update foto bareng pacar di medsos dan kita langsung merasa insecure.
Kenapa mendapatkan pacar jadi seperti prestasi yang harus didapatkan atau dibanggakan? Aku pernah mengalami hal seperti di atas, ketika sudah lama menjomblo dan teman-teman sibuk menanyakan statusku sekarang.
Katanya aku terlalu pemilih, hmm, bukannya memang harus memilih? Masa iya kita dengan sembarangan mau pacaran sama cowok tanpa melihat sifat, perilaku, dan kepribadiannya.
Katanya aku enggak laku, hmm, bukannya masih banyak yang lebih penting daripada hanya sekadar mendapatkan pacar? Kenapa orang lain enggak semangat untuk bertanya tentang studi dan prestasiku di sekolah? Kenapa malahan mengusik kehidupan pribadi seseorang?
How To Be A Single, adalah salah satu film yang mengajakku juga berpikir kembali: seberapa pentingnya punya pacar? Apakah status ‘in a relationship’ adalah satu hal yang harus dikejar mati-matian?
Aku akan bagi cerita ini dengan kamu, yang sekarang juga merasakan hal yang sama.
Curhat Mereka?
“Aku enggak pernah punya pacar sampai sekarang sudah SMA dan enggak merasa masalah tuh. Sering banget dapat ‘bully’-an dari teman-teman, bahkan teman terdekat. Mungkin maksud mereka baik, biar aku cobain rasanya punya pacar. Tapi sampai sekarang aku belum mau pacaran, ya jadi gimana? Masa mau dipaksakan? Aku percaya kok, jodoh itu sudah ada yang siapkan. Selagi muda, banyak hal yang bisa kita lakukan selain sibuk mencari pacar.” (Karen, 17 tahun)
“Kalau pacaran hanya untuk status dan main-main, betapa kasihannya kita sebagai perempuan. Nanti waktu putus cinta, lalu galau sampai nangis-nangis, untuk apa? Pacaran itu kalau sudah siap, bukan hanya keinginan pribadi. Karena pacaran itu enggak seindah drama romantis yang sering kita tonton. Patah hati itu juga enggak enak.” (Ria, 18 tahun)
Penulis Henry Manampiring, dalam bukunya yang berjudul The Alpha Girl's Guide pernah bilang, sering kali kita sebagai cewek-cewek muda terjebak dalam pemikiran bahwa pacaran lebih penting daripada mengukir prestasi di sekolah atau kuliah.
Kita sibuk memikirkan satu cowok yang jelas belum tentu jadi pasangan hidup kita, sedangkan teman kita yang lain, sudah bisa merasakan pengalaman pertukaran pelajar ke Jepang. Kita sibuk galau dan nangis di kamar, sedangkan teman kita yang lain sudah mengukir prestasi sebagai siswa terbaik di sekolahnya.
Lalu kita membuat asumsi, “Ya, iyalah dia bisa ke Jepang. Dia kan pinter banget!” Jangan salah, girls. Aku, kamu, dan kita, masing-masing itu punya talenta dan kesempatan yang sama untuk meraih cita-cita setinggi mungkin. Hanya saja, kadang kita takut untuk memiliki cita-cita yang tinggi. Itu masalahnya. Apa yang kita pikirkan akan jadi kenyataan, kalau kita berusaha dengan keras.
Salah satu seleb Indonesia, Prilly Latuconsina, pernah bilang dia senang dengan status jomblonya sekarang. Menurutnya, banyak hal yang bisa dia lakukan selagi masih jomblo, bisa berkarir tanpa harus mikirin galau karena cowok. “Cewek itu hebat kok, kita bisa mandiri tanpa cowok,” begitu katanya.
Kalau belum saatnya, lebih baik jangan dipaksakan. Karena pacaran itu bukan prestasi yang harus dikejar atau dibangga-banggakan. Coba lebarkan mata dan telinga kita, lihat bahwa hidup itu jauh lebih luas dari yang kita kira.
Penulis | : | Debora Gracia |
Editor | : | Debora Gracia |
KOMENTAR