Efek yang ditimbulkan oleh drama Korea Goblin memang dahsyat banget, nih. Karena drama ini, kita jadi mikirin hal yang awalnya biasa-biasa sekarang terlihat enggak biasa lagi. Apalagi buat penggemar berat drama ini, he-he. Ini dia 10 hal yang awalnya biasa saja ini jadi terasa spesial buat penggemar drama Korea Goblin. Buat tahu apakah kita terkena sindrom drama Korea Goblin, bisa cek di sini.
Buckwheat Flower
Ketika pertama kali Ji Eun Tak enggak sengaja memanggil Goblin setelah meniup lilin di kue ulang tahunnya, Goblin datang dengan membawa bunga Buckwheat. Ji Eun Tak bertanya apa arti bunga itu, yang dijawab oleh Goblin dengan satu kata, “kekasih”. Sekarang, kalau liat bunga Buckwheat (yang sayangnya enggak tumbuh di Indonesia) kita jadi ingat Goblin.
Hujan
Setiap kali Goblin lagi sedih, pasti turun hujan super lebat. Sekarang, setiap kali turun hujan, mau enggak mau otak kita digiring jadi ingat Goblin. Apalagi kalau hujannya tiba-tiba, kita pasti bakalan langsung mikir, ‘Goblin lagi sedih, nih, pasti.’
Sakura
Sakura memang identik dengan Jepang. Tapi sekarang kita enggak cuma ingat Jepang aja. Kalau lihat Sakura, ingatnya Kim Shin alias Goblin lagi bahagia atau jatuh cinta. Apalagi kalau tiba-tiba mekar bukan di musim semi, Goblin lagi bahagia banget pasti.
Teh
Teh mungkin sudah jadi bagian dari hidup kita sehari-hari. Pasti, deh, kita sering banget minum teh. Setelah menonton Goblin, teh jadi punya makna berbeda nih. Soalnya, Grim Reaper meminta setiap manusia yang sudah meninggal untuk minum teh agar lupa dengan memori semasa hidup. “Minum, ini akan membuatmu lupa tentang hidup ini,” begitu ucapan Grim Reaper.
Maple Leaf
Ingat Kanada, ingatnya ya daun pohon Maple. Sejak menonton drama Goblin, daun pohon Maple jadi terlihat berbeda, deh. Eun Tak pernah bilang, “Kalau kamu menangkap daun pohon Maple yang jatuh dan orang yang sedang berada bersamamu akan jatuh cinta padamu.” Dan, Goblin yang menangkap daun itu pun jatuh cinta sama Eun Tak. Jadi pengin ada cowok yang kita suka menangkap daun itu ketika bareng kita, deh, he-he.
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR