Salah satu drama Korea favorit saya adalah Another Miss Oh. Karena karakter Oh Hae Young, menurut saya, merupakan penggambaran dari banyak cewek di dunia nyata. Diceritakan kalau sejak sekolah dulu, dia berada di bawah bayang teman-temannya yang kebetulan bernama sama, Oh Hae Young. Mereka sangat berbeda, Oh Hae Young 1 digambarkan cantik, supel, pintar dan disukai banyak orang. Pokoknya bener-bener jadi cewek idola. Sementara Oh Hae Young 2 hanya cewek biasa yang akhirnya jadi makin insecure karena selalu dibanding-bandingkan dengan Oh Hae Young 1. Sehari-hari, Oh Hae Young 2 selalu berada di bawah bayang-bayang Oh Hae Young 1.
Mungkin di kehidupan nyata kita pernah merasakan menjadi Oh Hae Young 2, yaitu berada di bawah bayang-bayang orang lain. Termasuk teman sendiri. Teman yang dirasa lebih cantik, lebih pintar, lebih sukses, pokoknya lebih segala-galanya deh dibanding kita. Tanpa disadari, kita jadi insecure dan enggak pede karena terus berada di bawah bayang-bayang teman dan sering dibanding-bandingkan, meski tanpa disengaja. Teman terlalu ‘bercahaya’ dan kita enggak lebih dari sekadar bayang-bayangnya, alias sosok yang enggak dikenal. Alih-alih dikenal sebagai si A (alias nama kita), orang lain lebih mengenal kita sebagai sahabatnya si B.
Kita Enggak Sendirian
“Sahabatku jauh lebih pintar dari aku. Dia juara kelas, kesayangannya guru-guru. Kita temenan dari awal SMA, karena dulu satu sekolahan pas SMP. Aku sih enggak pernah punya masalah apa-apa sama dia, tapi lama-lama jadi gerah karena selalu dibandingin sama dia. Kalau nilaiku rendah sedikit, ada aja yang nyeletuk, ‘makanya belajar sana sama dia.’ Dia juga populer di sekolah dan aku dikenalnya sebagai sahabatnya dia, dan jarang yang tahu nama aku. Sebenarnya aku suka temenan sama dia karena dia baik, tapi ada masanya aku jadi enggak pede dan minder sendiri.” (Della, 17 tahun, Jakarta)
Kita enggak sendirian. Karena ada banyak kok teman lain yang juga merasakan hal yang sama. Terlebih kalau kita sudah lama berada di bawah bayang-bayang teman ini. Lama-lama kita jadi insecure dan minder, atau enggak mungkin malah ikut membandingkan diri kita dengan teman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari universitas di Prancis dan Finlandia, ditemukan adanya istilah Generalized Friendship Paradox (GFP). Young Ho Eom dari University of Toulouse dan Hang Hyun Jo dari Aalto University di Finlandia menyebutkan, “persepsi seseorang akan dunia dan dirinya memang dipengaruhi oleh status teman-teman, kolega dan sahabat. Ketika kita membandingkan beberapa hal, seperti popularitas, reputasi, atau kebahagiaan dengan sahabat, maka penilaian akan diri kita jadi berkurang.”
Sebenarnya kesuksesan itu menular, jadi kita juga bisa kok menjadi pusat perhatian seperti sahabat. Baca caranya di halaman selanjutnya.
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR