Dalam masa transisi dari masa remaja ke usia dewasa, kita dan orang-orang di sekitar kita akan mengalami berbagai perubahan dalam hidup. Perubahan bisa kita rasakan dalam kepribadian, percintaan, pendidikan, karir, bahkan cita-cita.
Akan ada saatnya kita merasa hidup itu adalah sebuah perlombaan. Ada yang melaju cepat, ada juga yang berjalan perlahan dan 'tertinggal'. Saat kita merasa tertinggal dari yang lain, ingat 7 hal penting ini, girls!
(Baca juga: Kenali 3 Cara Untuk Menghilangkan Self-Talk Negatif!)
Setiap orang punya perjalanan masing-masing
Mungkin ada teman kita yang sudah bertunangan setelah lulus kuliah. Atau ada sepupu kita yang sudah melanjutkan studi S2 di Eropa. Teman SD kita bahkan sudah punya keluarga kecil dan rumah sendiri. Melihat update-an mereka di Instagram, wajar saja kalau kita jadi merasa insecure n dan tertinggal.
Perlu diingat, girls, setiap orang punya perjalanan dan timeline masing-masing. Kita enggak perlu merasa diburu-buru. Nikmati saja hidup kita saat ini dan berusaha semaksimal mungkin untuk menggapai mimpi kita. Semuanya akan terjadi pada saat yang tepat.
Kita enggak perlu punya cita-cita yang sama
Kadang kita terpaku pada versi ideal dari masa depan. Kita terbiasa berpikir bahwa masa depan kita adalah lulus kuliah, menikah, punya rumah, dan punya anak. Orang-orang juga secara langsung membuat kita merasa kurang kalau kita enggak “sukses” di usia 25. Padahal sebenarnya kita bisa sukses dan hidup bahagia meskipun belum menikah di usia 25 tahun. Bentuk keberhasilan setiap orang berbeda-beda, cita-cita kita pun enggak perlu dipaksakan untuk mengikuti cita-cita orang lain.
(Baca juga: Wajib Tahu! 8 Cara Menenangkan Diri Ketika Kita Overthinking)
Kita enggak gagal
Di usia 22 tahun, mungkin kita belum berhasil mendapatkan pekerjaan impian, tapi kita sudah punya berbagai pengalaman berharga dan tabungan yang cukup. Meskipun kita enggak bekerja di perusahaan yang dianggap terpandang oleh orang lain, bukan berarti kita gagal, girls.
Penulis | : | Andien Rahajeng |
Editor | : | Andien Rahajeng |
KOMENTAR