CewekBanget.ID - Kadang-kadang, kita malas memasak atau bosan dengan hidangan makanan berbuka puasa yang itu-itu saja di rumah.
Alhasil, kita pun terpikir untuk membeli makanan cepat saji yang lebih praktis dan siap disantap begitu adzan Maghrib berkumandang.
Eits, tapi makanan cepat saji enggak boleh terlalu sering dikonsumsi karena memiliki beberapa bahaya seperti yang dilansir dari Kompas.com berikut ini, lho.
Baca Juga: 3 Hal saat Makan Buka Puasa yang Sebaiknya Dihindari Selama Ramadhan!
Lemas hingga Diabetes
Makanan cepat saji biasanya mengandung banyak gula yang bisa menggantikan energi yang hilang selama berpuasa.
Tapi di sisi lain, menyantap makanan cepat saji saat berbuka puasa justru dapat membuat kita merasa lemas dan mengantuk.
Kurangnya gizi dalam makanan cepat saji selain kalori, gula, dan karbohidrat juga dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah secara tiba-tiba dan meningkatkan risiko diabetes.
Berat Badan Naik
Dengan mengonsumsi makanan cepat saji, manfaat puasa untuk membantu menurunkan berat badan jadi enggak dapat kita rasakan.
Makanan cepat saji yang tinggi kalori dan minim serat dapat memicu tubuh untuk menimbun banyak lemak yang berpengaruh pada meningkatnya berat badan.
Masalahnya, kenaikan berat badan tersebut disebabkan oleh lemak dari junk food yang termasuk ke dalam kategori lemak trans, yang dapat meningkatkan kadar kolestrol jahat dan menurunkan kadar kolestrol baik.
Bahkan, apabila berlangsung dalam jangka panjang, kondisi tersebut berpotensi menambah risiko penyakit yang berkaitan dengan jantung.
Baca Juga: #HadapiCorona, 5 Makanan Buka Puasa Ini Sehat Banget. Anak Kos Bisa!
Cairan Tubuh Tertahan Garam
Kadar sodium atau garam dalam makanan cepat saji tergolong tinggi, sehingga dapat menyebabkan cairan tubuh tertahan di pembuluh darah.
Jantung pun mesti bekerja lebih keras untuk memompa volume darah yang meningkat dan memicu tekanan darah tinggi.
Satu porsi makanan cepat saji biasanya mengandung 1,292 miligram garam atau separuh dari batas konsumsi garam maksimal per hari, yaitu 2,300 miligram per hari menurut rekomendasi Asosiasi Jantung Amerika (AHA).
(*)