Studi Baru: COVID-19 Bisa Sebabkan Gangguan Pendengaran Permanen!

By Marcella Oktania, Selasa, 20 Oktober 2020 | 13:05 WIB
Ilustrasi telinga (kompas.com)

Para dokter yang menanganinya enggak pernah memberikan obat yang bisa memberikan efek samping pada pendengarannya.

Belum lagi laki-laki tersebut juga enggak lagi flu atau HIV (kondisi yang bisa menyebabkan kemampuan pendengaran terganggu).

Bahkan, laki-laki tersebut sebelumnya enggak pernah mengalami gangguan pada sistem pendengarannya, lho!

Nah, ketika dites, ternyata laki-laki ini punya gangguan pendengaran sensorineural yang menyebabkan saraf yang bertanggung jawab untuk mendengar suara jadi meradang atau rusak!

Alasan kenapa virus Corona bisa mengganggu fungsi pendengaran

Menurut Dr Stefania Koumpa, salah satu penulis jurnal BMJ Case Reports mengatakan bahwa sampai sekarang masih enggak diketahui alasan pasti kenapa virus Corona bisa menyebabkan kehilangan kemampuan pendengaran.

“Kemungkinan virus Corona masuk ke sel telinga bagian dalam dan mematikan selnya, sehingga menyebabkan tubuh melepaskan sitoksin (reaksi kimia yang terbentuk akibat peradangan) yang bisa jadi beracun untuk bagian dalam telinga," kata Koumpa.

Namun saat ini, Koumpa beranggapan bahwa obat steroid mampu mengurangi peradangan pada saraf telinga, sehingga bisa mengurangi efek pendengaran.

Lebih lanjut, seorang profesor audiologi di University of Manchester, Kevin Munro mengatakan kalau virus lain, seperti campak dan gondongan juga bisa mengganggu indra pendengaran kita, nih.

Bahkan walaupun enggak ikut menjadi peneliti dan penulis pada jurnal BMJ Case Reports, Kevin Munro sendiri sudah pernah mendengar beberapa kesaksian mantan pasien COVID-19 yang ternyata merasa ada perubahan pada indra pendengaran setelah sudah enggak dirawat.

Saat ini, Kevin Munro dan timnya lagi mencoba mencari tahu apa hubungan antara virus Corona dan terganggunya indra pendengaran.

Ada beberapa kemungkinan yang diklaimnya, entah karena virus Corona sendiri, respon sistem imun, stres berlebih, atau karena pengobatan COVID-19.

(*)