Privasi WhatsApp Rentan? 5 Aplikasi Chatting Ini Bisa Jadi Alternatif!

By Salsabila Putri Pertiwi, Senin, 25 Januari 2021 | 15:01 WIB
WhatsApp (foto : indiatimes.com)

Telegram

Telegram

Telegram adalah salah satu aplikasi perpesanan yang banyak disukai sebagai pengganti WhatsApp.

Aplikasi ini banyak memiliki fitur yang sama dengan WhatsApp, bahkan memiliki beberapa tambahan.

Ketika menggunakan Telegram, salah satu fitur yang menonjol adalah pengguna dapat mengundang pengguna lain dalam 'obrolan rahasia' yang dienkripsi secara end-to-end, mampu menghapus dirinya sendiri, enggak dapat diteruskan, dan menurut aplikasi enggak akan meninggalkan jejak di server Telegram. 

Selain itu, pengguna yang melakukan obrolan rahasia ini akan diberitahu saat ada yang mencoba mengambil tangkapan layar, serta mampu mendukung hingga 200.000 anggota dalam satu kelompok.

Karena itulah aplikasi ini dipakai para kelompok aksi protes di Hong Kong, Iran dan Spanyol.

Aplikasi ini memiliki banyak fitur dan bukan produk Facebook yang dianggap banyak orang sebagai sebuah keuntungan.

Namun Telegram memiliki sejumlah kekurangan. Meskipun ia 'menjual diri' sebagai platform privasi, namun aplikasi ini enggak menawarkan enkripsi pesan secara default dan hanya berlaku pada 'Obrolan Rahasia' aplikasi.

Bahkan dalam obrolan rahasia itu Telegram mengirimkan pratinjau tautan ke server jarak jauh, kecuali jika fungsi itu dimatikan.

Dukungan enkripsi end-to-end hanya ada jika obrolan rahasia diaktifkan dan hanya untuk obrolan pengguna tunggal, namun enggak untuk grup seperti yang dilakukan Signal, WhatsApp, dan iMessage secara default.

Kekurangan lain dari Telegram, ia enggak mempublikasikan semua kodenya sehingga pengaturan keamanannya enggak bisa menjadi subjek pengawasan publik.

Sebagaimana WhatsApp, Telegram mengumpulkan metadata, informasi mengenai siapa menelpon siapa, pada waktu apa, dan untuk berapa lama.

Dalam kebijakan privasinya Telegram menyebut itu dilakukan untuk mengatasi spam dan penyalahgunaan; namun bagi sejumlah orang, ini juga menimbulkan kekhawatiran bahwa data bisa saja jatuh ke tangan yang salah.

 

Signal

Signal

Signal dianggap memiliki fokus yang lurus sebagai aplikasi messenger dan memiliki keamanan yang sederhana.

Platform ini adalah pilihan untuk orang-orang yang mengkhawatirkan privasi, pelacakan, iklan, atau pengawasan pemerintah.

Signal didirikan oleh Matthew Rosenfeld, seorang ahli kriptografi dan peneliti keamanan Australia-Amerika. 

Kelebihan Signal adalah ia mengumpulkan data dalam jumlah minimal sehingga enggak akan banyak membagikan data seandainya pun aplikasi menginginkannya.

“Signal tidak menjual, menyewakan, atau memonetisasi data atau konten pribadi Anda dengan cara apa pun-selamanya,” kata aplikasi tersebut dalam kebijakan privasinya. 

Namun kekurangan Signal adalah pengguna enggak akan menemukan kontak di Signal sebanyak yang bisa dilakukan di WhatsApp.

Selain itu, Signal adalah project open source, sehingga aplikasi ini terbuka bagi siapa pun untuk meneliti keamanannya.

Fyi, Signal merupakan perusahaan nirlaba dengan nama The Signal Foundation yang didanai oleh sumbangan. Makanya, muncul keraguan dari pengguna mengenai keberlangsungan Signal mengingat ia hidup dari donasi. 

Baca Juga: Kominfo Minta Penjelasan WhatsApp & Facebook Terkait Pengaturan Privasi Masyarakat!