Pernah Saat Hujan Tiba-tiba Merasa Takut? Ini Namanya Pluviophobia!

By Salsabila Putri Pertiwi, Minggu, 7 Februari 2021 | 16:05 WIB
Ilustrasi hujan (foto : newshub.co.nz)

CewekBanget.ID - Aroma hujan yang membasahi tanah kering atau petrichor bagi sebagian orang adalah aroma yang menyenangkan.

Namun bagi orang lainnya, petrichor bisa jadi malah membuat mereka lebih waspada, atau jadi sesuatu yang mengerikan.

Rupanya ketakutan terhadap hujan juga dikenal dengan istilah pluviophobia atau ombrophobiagirls.

Apa saja yang menyebabkan seseorang mengalami pluviophobia?

Baca Juga: Banyak Nyamuk di Rumah? Atasi Dengan 5 Bumbu Dapur Ini. Ampuh!

Pluviophobia

Bagi orang dengan pluviophobia, hujan adalah hal yang menakutkan.

Pluviophobia atau juga dikenal sebagai ombrophobia adalah sebuah ketakutan terhadap hujan yang bisa menyebabkan munculkan cemas atau panik.

Mengutip berbagai sumber, istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani 'pluvio' yang berarti 'hujan' dan 'phobos' yang berarti 'ketakutan.'

Fobia ini bisa dialami oleh semua orang, namun penderita anak-anak jauh lebih banyak.

Beberapa mungkin takut akan hujan yang sangat lebat yang menyertai kondisi seperti badai dengan angin kencang, guntur dan kilat.

Sedangkan sebagian orang lainnya mungkin takut bahkan pada sedikit hujan atau gerimis.

Oleh karenanya, ketakutan akan hujan mungkin disertai oleh beberapa fobia yang berbeda seperti ketakutan akan petir dan guntur (astraphobia), takut kabut (homichlophobia) atau takut banjir (antlophobia) dan takut tenggelam (aquaphobia).

Penyebab Pluviophobia

Memang, dengan intensitas sedang, hujan itu baik dan kerap membangkitkan perasaan nostalgia atau romantis.

Kita pasti tahu kalau ada banyak lagu, khususnya lagu cinta, yang terinspirasi dari elemen alami ini.

Tapi hujan juga dapat membawa bencana seperti badai, longsor, banjir, penyakit, petir, dan lainnya.

Semua pengalaman negatif ini dapat menyebabkan seseorang takut akan hujan, terutama setelah mengalaminya secara langsung secara langsung.

Dalam kasus ekstrem, hujan asam akibat polusi udara dan air telah menyebabkan luka bakar yang parah sehingga menyebabkan para korban memiliki ketakutan yang hebat dan seumur hidup akan hujan.

Baca Juga: Musim Hujan Tiba, Waspadai Migrain & 2 Penyakit yang Sering Muncul Ini

Selain itu, ombrophobia atau pluviophobia juga bisa terjadi karena beberapa hal yang terjadi di masa kecil.

Ombrophobia umumnya dikaitkan dengan rasa takut dengan penyakit.

Kalau kita mengalami ini, mungkin kita sering diberitahu bahwa hujan-hujanan akan membuat kita sakit, saat masih kecil.

Di kemudian hari, ketakutan ini dapat dimanifestasikan dan berubah menjadi fobia total.

Penyebab umum ombrophobia lainnya adalah perasaan depresi yang diasosiasikan oleh kebanyakan orang dengan hari mendung atau langit kelabu.

Dalam hal ini, ada orang yang takut takut akan efek depresi dan khawatir bahwa hujan perlahan akan merusak keseimbangan mentalnya.

Ombrophobia juga bisa dimulai oleh peristiwa traumatis yang dialami selama hidup seseorang.

Misalnya, pemandangan atau gagasan hujan akan memicu peristiwa traumatis yang tertekan dan menyebabkan orang tersebut menghidupkan kembali momen tersebut.

Sayangnya, fobia ini kemungkinan akan memburuk seiring berjalannya waktu jika enggak ditangani dengan benar.

Baca Juga: 5 Lagu Grup Band Korea yang Cocok Didengarkan Saat Musim Hujan!

Gejala Ketakutan Pada Hujan

Gejala pluviophobia mungkin berbeda-beda pada setiap orang, khususnya apabila dikategorikan berdasarkan usia.

Pada anak-anak kecil, fobia terhadap hujan biasanya membuat mereka menjerit dan menangis terus menerus, gemetar enggak terkendali, mengajukan pertanyaan yang menegaskan rasa takut mereka seperti kemungkinan terjadi banjir, melihat ke langit secara konstan untuk memantau hujan, hingga enggak mau keluar rumah saat hujan.

Sedangkan orang dewasa yang takut pada hujan akan memiliki gejala gemetar atau merasa pengin melarikan diri dan bersembunyi, enggak mampu berpikir atau berbicara dengan jelas, merasa panik, cemas, atau ketakutan yang enggak terkendali, hingga gejala fisik seperti mulut kering, sulit bernapas, dan detak jantung cepat.

(*)