Ini Beda Gejala Varian Alpha, Beta, dan Delta pada Virus Covid-19!

By Monika Perangin, Selasa, 22 Juni 2021 | 18:35 WIB
Kembali Pecahkan Rekor Harian, Kasus Covid-19 Hari Ini Tembus 1.853 dada Rabu 8 Juli 2020! (Foto: Unsplash)

CewekBanget.ID - Kita sampai sekarang masih sibuk memerangi pandemi akibat virus Covid-19.

Angka penderita penyakit Covid-19 ini juga masih bertambah.

Akhir-akhir ini, virus Covid-19 varian Alpha, Beta, dan Delta menjadi perbincangan kita semua.

World Health Organization (WHO) pertama kali mengenalkan pada kita sebutan berbagai variants of concern (VoC) untuk mempermudah kita dan menghilangkan stigma.

Hal ini karena sebelumnya virus corona disebut sebagai angka dan wilayah virus itu dimulai, sehingga menyebabkan diskriminasi sebuah tempat.

Jadi, WHO memutuskan untuk menyebut varian virus Covid-19 dengan varian Alpha, Beta, dan Delta.

Baca Juga: Ikuti 5 Hal Ini Selama Isolasi Mandiri Saat Positif COVID-19 di Rumah!

Ditambah lagi, varian Covid-19 Alpha, Beta, dan Delta sudah masuk ke Indonesia, lho!

Yuk kenali ketiga varian virus ini dan gejalanya, girls!

Varian Alpha

Satgas Covid-19 kembali ungkap mutasi virus corona baru yang masuk Indonesia, kali ini varian b1525.

Barial Alpha atau B.1.1.7 atau yang sekarang disebut sebagai varian Alpha menurut pengujian pertama kali muncul di Inggris di Kent pada akhir September.

Pada akhir Oktober, varian ini hanya menyumbang 3%dari kasus di Inggris.

Tetapi pada awal Februari, pasien akibat virus varian Alpha melonjak hingga 96%, dan menyebabkan gelombang ketiga di seluruh negeri.

Varian Alpha secara signifikan lebih menular daripada virus asli Covid-19 yang muncul di Wuhan, China. 

Data menunjukkan kasus ini 30-70% lebih mematikan daripada virus aslinya.

Sebuah uji coba dari Inggris menemukan vaksin AstraZeneca-Oxford 70,4% efektif melawan gejala Covid-19 yang disebabkan oleh varian Alpha. 

Sedangkan vaksin Pfizer 89,5% efektif melawan virus varian ini, setelah 14 hari dosis kedua dilakukan.

Dilansir via Grid.ID, gejala umum yang dirasakan pasien dari varian alpha ini adalah batuk terus menerus, sakit dada dan demam, kehilangan indera perasa dan bau, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, diare, kebingungan dan ruam kulit.

Varian Delta - varian India/B1617.2

Virus corona

Varian Delta pertama kali terdeteksi pada bulan Oktober di India yang menyebabkan gelombang kedua kasus COVID-19 terjadi di India. 

Virus varian Delta termasuk mutasi yang membuat virus Covid-19 ini lebih mudah menular.

Sayangnya, virus ini bisa membuat pertahanan, sehingga menghindari respons imun tubuh.

Inggris baru-baru ini mengatakan diperkirakan varian Delta ini 40% lebih mudah menular daripada varian Alpha.

Baca Juga: Gejala Virus Corona Orang yang Sudah Vaksin Beda dengan yang Belum!

Yang berarti, ini akan lebih mudah menular daripada jenis aslinya.

Penelitian dari Inggris menyatakan virus varian Delta baru-baru ini menjadi dominan.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet, menemukan bahwa orang yang divaksinasi penuh dengan vaksin Pfizer-BioNTech cenderung memiliki tingkat antibodi penetralisir lebih rendah lima kali lipat.

Menurut Public Health England (PHE), tiga minggu setelah dosis pertama vaksin Pfizer atau AstraZeneca-Oxford, kedua vaksin itu bisa sekitar 33% efektif melawan penyakit simtomatik, dibandingkan melawan virus varian Alpha.

Grid.ID menuliskan kalau gejala varian Delta biasanya adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, batuk, sesak napas, kelelahan dan kehilangan indera perasa atau penciuman.

Selain itu, dalam waktu 3-4 hari setelah terinfeksi varian Delta, keadaan pasien juga bisa makin memburuk!

 

Beta - varian Afrika Selatan/B1351

Ilustrasi - Ratusan orang meninggal usai percaya virus corona adalah teori konspirasi.

Virus varian ini pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada awal Oktober, tapi enggak diumumkan secara publik sampai Desember.

Virus varian ini membawa mutasi yang disebut E484K, yang membantu virus menghindari sistem kekebalan seseorang.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Meningkat, Pakai Masker yang Benar Supaya Terlindungi!

Dan vaksin enggak bisa bekerja dengan baik untuk melawan virus varian ini.

Khususnya vaksin AstraZeneca, yang hanya menawarkan 10% perlindungan terhadap penyakit ringan hingga sedang yang disebabkan oleh virus varian ini.

Penelitian di Qatar menemukan orang yang menerima vaksin Pfizer 75% lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan Covid-19 varian Beta.

Sayangnya, belum diketahui pasti apa gejala umum pasien yang menderita Covid-19 varian Beta ini.

Namun, varian Beta lebih mudah menyerang orang muda, girls!

(*)