Enggak bisa dipungkiri, menjadi bucin artinya harus siap dengan konsekuensi negatif yang mungkin diterima ketika memenuhi permintaan seseorang tanpa logika.
Orang lain dengan logika yang masih berjalan pasti melihat tindakan bucin sebagai hal yang enggak masuk akal.
Enggak heran bila bucin sering dikritik, bahkan dirundung, karena tindakannya tersebut.
Hanya saja, kritikan tersebut biasanya juga enggak didengar karena perasaan yang dirasakan saat jadi bucin sangat kuat hingga menutup akal sehatnya.
Selain itu, target-target tertentu dalam hidup yang pengin kita raih bisa terlupakan akibat terlalu fokus kepada percintaan yang belum tentu menghasilkan sesuatu yang positif.
Bucin juga membuat kita selalu bisa mencari alasan pembenaran atas keinginan yang diminta oleh orang yang dicintai, hingga enggak sadar bahwa hal itu lama-kelamaan akan membuat perasaan kita terluka dan memperparah kondisi psikologis di kemudian hari.
Untuk mengakhiri predikat bucin, kita mesti meluangkan waktu untuk mengevaluasi diri dan kenali orang yang kita cintai dengan lebih seksama.
Bila perlu, ungkapkan perasaan pada dirinya sehingga kita memiliki ekspektasi yang nyata tentang hubungan dengannya.
(*)