Meskipun sempat terasa membaik, efeknya hanya sementara dan lututnya tetap terasa sakit.
Karena tidak ingin mengganti sendi lutut dengan operasi, Ny. L terus mencari solusi lain. Bahkan sempat berkonsultasi dengan dokter di Singapura yang memberikan penanganan sementara, tetapi hasilnya belum maksimal.
Akhirnya, Ny. L memutuskan berkonsultasi dengan Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT, Subsp.P.L. (K), yang menyarankan terapi stem cells.
Setelah injeksi dilakukan, nyeri pada lututnya berkurang dan ia merasa lebih nyaman. Ny. L berharap injeksi ini dapat menjadi solusi jangka panjang tanpa harus menjalani operasi dan lututnya dapat pulih sepenuhnya.
Saat ini, terapi stem cells telah disetujui untuk 15 diagnosis medis dalam ortopedi, termasuk osteoartritis, defek tulang, fraktur non-union, cedera ligamen, dan lainnya.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/MENKES/1359/2024 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terapi Sel Punca di Bidang Orthopaedi dan Traumatologi mengakui terapi ini sebagai metode legal dan efektif untuk menangani berbagai masalah ortopedi.
Di RS Siloam Mampang, terapi stem cells dapat dilakukan baik di klinik rawat jalan maupun dalam prosedur bedah, disesuaikan dengan kondisi pasien.
Sebelum dilakukan terapi stem cells, ada beberapa tahapan dan persiapan yang perlu dilakukan.
Tahap pertama adalah konsultasi dengan dokter spesialis ortopedi yang memiliki pemahaman tentang stem cells. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan.
Setelah pasien dinyatakan fit, langkah selanjutnya adalah tindakan stem cells, yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan medis pasien.
“Terapi stem cells membuka peluang baru dalam pengobatan regeneratif. Ini bukan hanya tentang memperbaiki cedera, tapi juga tentang memberikan harapan bagi pasien dengan kondisi ortopedi yang sebelumnya mungkin terbatas dari segi pilihan pengobatan,” tambah Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT, Subsp.P.L. (K), yang memaparkan penerapan stem cells pada sendi, tulang, dan tulang belakang.
(*)