Ratusan orang tewas dan terluka akibat serangan bom bunuh diri dan penembakan di Paris, seperti ditulis di Tempo.co. Para pelaku mendesain aksi mereka di enam lokasi berbeda, seperti bar dekat Stade de France, tempat berlangsungnya pertandingan sepak bola antara Prancis dan Jerman, balai konser Bataclan, restoran Le Petit Cambodge, Rue Charonne, Avenue de la Republique, dan Rue Beaumarchais. Ini dia 4 kisah menegangkan yang dialami para korban dan saksi mata tragedi Paris.
Saat penembakan terjadi pada Jumat (13/11/2015) malam, Safer sedang bekerja di bar restoran Casa Nostra di Paris. Malam itu, dia nyaris menjadi korban tewas. Kini, dia mengisahkan peristiwa serangan tersebut.
"Saya berada di balik bar. Kami mendengar ledakan dan dentuman yang sangat keras. Semua orang mulai berteriak, kaca berjatuhan. Mengerikan. Ada kaca di mana-mana, mengenai wajah kami. Saya melihat dua perempuan tertembak di teras kafe. Satu di pergelangan tangan, satunya lagi di bahu. Mereka mengalami pendarahan hebat."
Meski keadaan berbahaya, Safer merasa dia harus membantu. Safer menunggu sampai tembakan berhenti sebentar. Dia lalu lari ke luar dan membantu dua korban luka tersebut.
"Saya mengangkat mereka dan membawa mereka ke ruang bawah tanah. Saya duduk bersama mereka dan berusaha menghentikan pendarahan. Saat di bawah, kami mendengar tembakan terus berlanjut. Sangat menakutkan."
Mereka selamat dari situasi yang jauh lebih parah. "Saat kami keluar, kami melihat mayat-mayat di jalanan. Banyak sekali yang terluka."
(sumber: kompas.com)
Serangan teroris di kota Paris pada Jumat (13/11/2015) malam menyisakan beberapa kisah menarik. Salah satunya dialami oleh seorang korban bernama Sylvestre.
Kepada media Perancis, iTele, Sylvestre menceritakan peristiwa di salah satu tempat kejadian, tepatnya di luar stadion Stade de France. Ia mengaku terjebak di tengah-tengah penembakan yang dilakukan oleh teroris.
Ajaibnya, Sylvestre berhasil selamat dari kejadian tersebut. Pria ini, sebagaimana KompasTekno rangkum dari Sydney Morning Herald, Sabtu (14/11/2015), diselamatkan oleh smartphone miliknya.
Sylvestre mengklaim, kepalanya bisa saja "meledak" akibat terkena peluru. Namun, smartphone itu berhasil melindungi kepalanya. Tampaknya, body dari perangkat tersebut mampu meredam kecepatan sebuah peluru.
(sumber: kompas.com)
(foto: AP Photo/Christopher Ena)