Perjuangan manusia dalam melawan virus telah dimulai jauh sebelum spesies kita sempurna sampai telah berevolusi menjadi bentuk modern. Berikut adalah 9 virus paling berbahaya di bumi berdasarkan pada risiko, banyaknya angka kematian, dan orang yang terancam oleh virus tersebut.
(Baca juga: 9 Virus Paling Mematikan di Dunia Bagian 1)
Pada tahun 1980, Majelis Kesehatan Dunia menyatakan dunia telah terbebas dari cacar. Tapi sebelum itu, manusia berjuang melawan cacar selama ribuan tahun dan penyakit ini menewaskan sekitar 1 dari 3 orang yang terinfeksi. Korban yang masih bisa bertahan dengan korban yang selamat mengalami luka permanen dan biasanya kebutaan.
Sindrom Hantavirus Pulmonalis (HPS) mendapat perhatian luas di Amerika Serikat pada tahun 1993, ketika seorang yang awalnya sehat yaitu pemuda Navajo dan tunangannya tinggal di daerah Four Corners Amerika Serikat, meninggal dalam beberapa hari saat mengalami sesak napas.
Virus ini tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain, tapi orang terjangkit penyakit itu dari paparan kotoran tikus yang terinfeksi. Sebelumnya, hantavirus yang berbeda menyebabkan wabah di awal 1950-an, selama Perang Korea. Lebih dari 3.000 tentara terinfeksi dan sekitar 12 persen dari mereka meninggal.
(Baca juga: Badai Terbesar Dalam Sejarah)
Menurut WHO, selama musim flu sekitar 500.000 orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit tersebut. Tapi kadang-kadang, ketika virus flu baru muncul akan terjadi pandemi dan jumlah kematiannya lebih tinggi lagi.
Pandemi flu yang paling mematikan, kadang-kadang disebut flu Spanyol, dimulai pada tahun 1918 dan menyebabkan kesakitan pada 40 persen dari populasi dunia serta menewaskan sekitar 50 juta orang. Para ahli kini mencemaskan kemunculan virus influensa baru yang bisa menular dengan cepat antar manusia.
Virus demam berdarah pertama kali muncul pada tahun 1950 di Filipina dan Thailand, dan sejak itu menyebar ke seluruh daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Sekitar 40 persen dari populasi dunia sekarang tinggal di daerah di mana demam berdarah adalah endemik, dan penyakit yang dibawa oleh nyamuk itu kemungkinan menyebar lebih jauh.
Menurut WHO, demam berdarah diderita 50 sampai 100 juta orang pertahun. Meskipun tingkat kematian demam berdarah lebih rendah dari beberapa virus lain, sebesar 2,5 persen, virus ini dapat menyebabkan kondisi syok, sama seperti yang dialami pasien ebola.
Belum ada vaksin untuk mencegah demam berdarah, tetapi uji klinis besar vaksin eksperimental yang dikembangkan oleh pembuat obat Perancis, Sanofi memiliki hasil yang menjanjikan.
Dua vaksin telah tersedia untuk melindungi anak dari rotavirus, penyebab utama penyakit diare yang parah pada bayi dan anak-anak. Virus ini menyebar secara fecal-oral, yang berarti ada partikel dari feses yang masuk ke dalam makanan dan termakan.
Walaupun anak-anak di negara maju jarang meninggal akibat infeksi rotavirus, penyakit ini adalah pembunuh di negara berkembang. WHO memperkirakan bahwa di seluruh dunia, 453.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat infeksi rotavirus pada tahun 2008.
(Baca juga: Pesawat dan Kapal yang Hilang di Segitiga Bermuda)
(ega/hai-online.com, foto: examiner.com, flickr.com, net)