Begini Dampak Chatting Sebelum Tidur Terhadap Prestasi di Sekolah

By Natasha Erika, Selasa, 22 Desember 2015 | 17:00 WIB
Begini Dampak Chatting Sebelum Tidur Terhadap Prestasi di Sekolah (Natasha Erika)

Remaja yang doyan banget kirim pesan, chatting, dan sejenisnya di malam hari menggunakan gadget, berpotensi besar kekurangan jam tidur, mengantuk di siang hari, dan mengalami penurunan prestasi akademik di sekolah. Itulah hasil dari penelitian dari para ilmuwan di New Jersey setelah mengamati kebiasaan 3.200 remaja usia SMP dan SMA di Amerika.

Ditemukan, sebanyak 62 persen remaja cukup intens dengan gadget saat malam, bahkan sampai waktu tidur terlewatkan, di mana 52 persen di antara jumlah tersebut menggunakannya untuk SMS, update sosial media, serta chatting. Sedang 21 persen lainnya melewati waktu tidur untuk melakukan percakapan di media sosial.

"Penelitian kami menegaskan, bahwa banyak remaja yang chatting larut malam ketika mereka harus tidur. Perilaku ini lebih sering terjadi pada remaja yang lebih tua, terutama mereka yang berada di usia sekolah menengah atas, dan kebanyakan ialah anak perempuan," papar salah satu penulis studi Vincent DeBari, yang juga merupakan direktur penelitian di Seton Hall University School of Health and Medical Science.

Begini Dampak Chatting Sebelum Tidur Terhadap Prestasi di Sekolah

"Salah satu aspek yang paling mengkhawatirkan dari temuan ini ialah bahwa selain memengaruhi kualitas tidur remaja yang berdampak pada kesehatan, penggunaan gadget hingga larut malam memiliki dampak negatif terhadap tingkat kewaspadaan di siang hari serta nilai-nilai para remaja di sekolah," lanjutnya.

Rekannya Dr. Peter Polos menambahkan, remaja yang terganggu oleh chatting di waktu tidur, memiliki dorongan kuat untuk membalas pesan-pesan tersebut. Rata-rata pertukaran pesan bisa berlangsung hingga berjam-jam. Tanpa disadari, remaja akan kehilangan banyak waktu tidur.

"Hal ini menyebabkan stimulasi berlebih pada tubuh remaja. Cahaya dari perangkat elektronik dapat menekan produksi melatonin yaitu hormon yang membuat seseorang ingin tertidur. Sehingga, para remaja menjadi kesulitan tidur karena enggak merasakan kantuk," papar Polos, salah satu anggota divisi obat tidur di JFK Neuroscience Institute.