Demi Rindu dan Sakura

By Astri Soeparyono, Kamis, 6 November 2014 | 17:00 WIB
Demi Rindu dan Sakura (Astri Soeparyono)

Demi Rindu dan Sakura

Ji Won berdiri di tengah ramainya jalan setapak yang tak terlalu luas. Pengunjung Hongik University Area terus berdatangan, sekadar untuk menikmati mekarnya bunga sakura di awal musim semi. Bangku-bangku taman pengapit jalan itu, bersanding dengan batang-batang pohon sakura yang rimbun lebat oleh kelopak-kelopak merah jambu, sebenarnya pemandangan yang teramat indah. Indah di kala tak ada orang sebanyak ini.

Sekuntum bunga sakura melayang jatuh. Jatuhnya melayang-layang lambat, seakan tengah melawan gravitasi. Seakan enggan untuk luruh. Ji Won menangkapnya. Kelopaknya lembut dan rapuh. Mengingatkannya pada sorot mata yang sungguh mati dia rindukan.

Ji Won bahkan bisa mendengar suara yang dia rindukan itu menggema di telinga.

 

Ji Won, everytime you see cherry blossom, please remember me.

Dia memejamkan mata, merasakan perih di dadanya. Pelan-pelan dia mengatupkan tangan dan Sakura di telapak tangannya remuk menggumpal. Sekejap dia lupakan riuh sekelilingnya. Tak ada tawa pemuda-pemudi yang tangannya menggamit mesra. Tak ada suara gesek baju hangat tebal. Tak ada hela napas yang mengepul tipis atau desau angin.

Hanya ada Ji Won di tengah semesta kelam dan guyuran kelopak sakura. Hening. Sendiri. Perlahan dia membuka mata. Napasnya tercekat. Sakura berdiri di hadapannya, tersenyum, di tengah hujan kelopak sakura. Gadis itu mendekat ke arahnya. Senyum itu jauh lebih indah dari seribu kembang sakura yang rimbun menaungi keduanya.

"Ji Won," ujar Sakura.

Gadis itu langsung memeluknya dan menyurukkan wajah di dada Ji Won. Bisa dia rasakan diam-diam gadis itu menangis. Kausnya basah. Hatinya ikut basah. Ji Won tercekat.  Detak jantungnya berderap tak keruan.

Sakura mendongakkan kepala. Pipinya memerah karena sembab air mata. Tapi pesonanya tak ikut luntur. Gadis itu mengecupnya bibirnya. Lembut tapi begitu kuat menjungkirbalikkan hatinya.