Fantasi Tengah Hari

By Astri Soeparyono, Jumat, 8 Agustus 2014 | 16:00 WIB
Fantasi Tengah Hari (Astri Soeparyono)

"Anne! Udah tau belum?Chamaeleon mau datang ke sekolah kita!" tiba-tiba temanku, Reva, menepuk bahuku pelan.Aku yang baru saja meneguk teh lemon cepat-cepat menelannya.

          "Hah? Serius?" tanyaku sejurus kemudian.

          Reva mengambil minumanku seraya mengangguk, "Sabtu depan, workshop cuma untuk 200 peserta, tiketnya 50 ribu, di jual pulang sekolah nanti di ruang OSIS." Reva dengan rinci menjawab segala pertanyaan yang ada di kepalaku. Aku terlalu speechless mendengar kabar bahagia ini!

          Aku memeluk Reva erat. "Makasih banyak infonya ya, Rev! Doain ya?Semoga aku bisa dapetin tiket itu," pintaku semangat 45.

          Reva mengangkat ibu jarinya, "Pasti.Good luck Ne!"

          Chamaeleon bukanlah nama seorang artis, band terkenal, atau pun nama boybandyang sedang marak belakangan ini. Chamaeleon adalah salah seorang penulis best seller dalam negeri. Karya-karyanya yang Maha itu telah menyihir banyak orang, termasuk aku.Aku telah melahap habis semua buku karangannya dan dibuat jatuh cinta pada bukunya yang berjudul "Reformasi".

          Reformasi merupakan sebuah novel yang bercerita tentang Bryan, tokoh utamanya, dengan segala hal yang berhubungan dengan jurnalistik.Ya, tak bisa dipungkiri lagi, novel inilah yang telah membuatku ingin terjun lebih dalam lagi di dunianya para jurnalis.

          Aku berkali-kali melihat ke arah jam dinding. Sudah 5 menit berlalu sejak bel pulang sekolah berbunyi. Pak Danang masih saja sibuk menerangkan pelbagai macam kurva di depan sana. Sedangkan aku disini, sedang duduk tidak sabaran melihat teman-temanku dari kelas lain yang sibuk berlarian menuju ruang OSIS di luar sana.

          Ingin rasanya aku menyela beliau dan mengingatkannya bahwa sudah 5 menit yang lalu pelajaran usai. Namun hal itu tidak mungkin aku lakukan .Aku adalah anak baik-baik dan tahu betul tata karma.Jadi tidak ada yang bisa kulakukan sekarang selain mengemasi buku serta alat tulisku (agar aku bisa langsung berlari keluar) dan tentu saja, menunggu.

          Dengan sekuat tenaga aku berlari menuruni tangga menuju ruang OSIS. Kalian tahu apa yang baru saja kulihat? Antriannya sudah sampai di depan anak tangga terakhir, eh ralat, bahkan sudah sampai di depan ruang koperasi. Sedangkan ruang OSIS sendiri berada di gedung seberang, itu berarti..........

          Tidaaaaaak! Lututku rasanya lemas seketika.Pupus sudah harapanku bisa bertemu dengan Chamaeleon.Namun mendengar suara orang-orang yang berlarian di lantai atas membuatku refleks ikut berlari menempati antrian paling belakang. Ya, masih ada kesempatan!