"Lo berhasil jadian sama Galih? Gila lo!" tanya Fani besoknya. Ree mengangguk senang. "Lo tau, enggak, Fan, ternyata dia tuh temen kecil gue. Dan lo tau kenapa dia benci sama gue? Dulu...dia suka sama gue. Ih, gue emang dari kecil charming yah? He-he.."
Fani langsung menjitak kepala Ree. "Trus?"
"Trus waktu itu dia nulis surat ke gue, eh suratnya gue bikin kapal-kapalan dan nyemplung ke got. Parahnya lagi, untuk kedua kalinya dia mau bilang suka ke gue di ultahnya, gue malah ngejatohin kuenya dan pulang tanpa bersalah, he-he-he. Abis itu enggak pernah ngomong sama gue lagi sampai gue pindah."
"Lo dari kecil ngeselin ya?!" sahut Fani. "Jadi lo berhasil dong? Kapan lo mau putusin dia?"
"Eh? Ngapain? Susah-susah dapetnya kok dibuang?"
"Nah lo... Skenario lo gimana?"
"Ng...iya sih. Tapi setelah gue deket sama dia, gue kok jatuh cinta beneran, yak? Karma kali ya? Ah! Bodo amat! Bye-bye, deh, skenario sutradara pemenang piala Citra..."
Ree melambai dan tersenyum manis pada Galih yang juga melambaikan tangannya dari tengah lapangan.
Cinta memang aneh....
(Oleh: Dhian Christy Novitasari, foto: kwick.de)