My BFFs Are Not Cool

By Astri Soeparyono, Sabtu, 4 Mei 2013 | 16:00 WIB
My BFFs Are Not Cool (Astri Soeparyono)

"Ha-ha-ha, gitu aja ngambek. Kita cuma pengin kamu enggak salah kostum aja kali," ledek William.

"Ya, ya, ya. Ayo buruan pergi," aku malas meladeni mereka. Kalau menurut teman-temanku di internet, pakaianku barusan itu keren, dan yang ini begitu kamseupay. Tapi, ya berhubung aku sedang jalan dengan geng kamseupayku. Mau apalagi.

Gengku ini sudah terbentuk ketika kami masih SD, cukup lama, dan berisikan enam orang, yaitu aku, Livia, Veronica, William, Ben, dan Jojo. Tapi kami tidak berpasangan. Kemana-mana hanya mengendarai sepeda motor biasa, dan kaus oblong. Tidak ada yang menarik menurutku.

                                                            ***

Puss datang ke arahku, mengharap usapan lembut yang biasa kuberikan padanya setiap pulang sekolah. Aku tersenyum, mengusapnya sebentar. Lalu, segera pergi ke kamar.

Puss adalah kucing betina kesayanganku yang manja, dan menyenangkan. Dia adalah salah satu sahabat terbaikku, tempat aku curhat. Walaupun Puss tidak mengerti apa yang aku katakan, tapi aku yakin dia bisa merasakan apa yang kurasakan. Sweet.

'Tring.' Ah, ada pesan baru yang masuk di emailku.

Ternyata Claire, teman chat-ku di blog. Kami memang belum pernah bertemu, tapi Claire adalah orang yang cukup baik. Apalagi kami memiliki hobi dan selera yang sama. Ini baru teman.

                                                            *

"Bisa ngerjain yang ini enggak, Ben?" tanya Veronica pada Ben, salah satu murid terpintar di kelas kami pada saat kami sedang belajar kelompok di rumah Livia.

"Bisa, deh, kayaknya," jawab Ben sambil mencoba memerhatikan kertas di tangan Livia dengan serius. "Ah yang ini, rumusnya kayak gini, Liv," ujar Ben setelah memahami soalnya, kemudian mengguratkan rumus matematika yang sangat memusingkan.

"Umm... Guys! Boleh izin pulang duluan enggak?" pamitku sambil melirik jam tangan baruku.