Entahlah. Rasanya banyak hal kini menjadi tidak sama dengan yang senyatanya. Tita jadi merasa pandai, berarti, dibutuhkan, padahal sebenarnya tetap sama dengan sebelumnya. Itu hanya perasaan Tita gara-gara Eros belakangan ini mendekatinya. Ups! Mendekati? Belum. Belum bisa dibilang begitu. Karena selain urusan bantuan evaluasi, Eros tak pernah berbincang dengannya.
**
Pagi yang tak terlalu cerah. Begitulah cuaca sekarang ini. Hujan tetap turun di musim kemarau. Sementara pada musim penghujan, matahari bisa bersinar begitu teriknya.
Tita melangkah santai menuju kelas. Masih cukup waktu untuk ngobrol dan bercanda dengan teman-temannya sebelum bel masuk berbunyi. Tetapi begitu masuk kelas, dilihatnya pemandangan yang tidak diharapkan. Sebagian temannya sedang serius mengerjakan PR.
"Ha!" Tita merasa mendapat kesempatan membalas Cecil. "Ini, kan PR, pekerjaan rumah, bukan pekerjaan sekolah!"
Ternyata Cecil terlalu serius untuk menanggapi godaannya. Gadis itu hanya menjawab dengan menyodokkan siku ke pinggang Tita. Tita kecewa. Tak ada yang bisa diajaknya ngobrol pagi ini. Hampir semua teman mainnya sedang sibuk dengan PR bangun ruang. Hanya Devi, Ratih, Raya, dan beberapa teman yang terkenal pintar dan rajin saja yang tampak santai karena PR mereka telah beres.Tetapi tidak seru ngobrol dengan mereka. Terlalu serius dan tidak punya bahan bercanda.
Tiba-tiba, "Heh," sebuah tepukan mendarat di pundak Tita. Tepukan yang sedikit berat namun hangat. Eros telah berdiri di samping Tita. "Dari pada bengong, bantuin aku. Nih!" Eros mengulurkan buku dan pena.
"Enak aja," Tita cemberut, tetapi batinnya mengatakan sebaliknya.
"Alah, hitung-hitung ibadah," Eros meletakkan bukunya di meja Tita.
Dengan gerakan seolah enggan, Tita pun meraih buku itu. "Dasar pemalas!" katanya.
"Terima kasih, ya. Sekretaris yang setia," Eros pun berlalu.
Tita menghembuskan nafas sebelum mulai menyalin pekerjaan rumahnya ke buku tugas Eros. Sekretaris yang setia. Kalimat yang baru saja diucapkan Eros begitu indah di telinganya. Adakah Eros punya perhatian lebih padanya?