Suara-Suara Di Malam Hari

By Astri Soeparyono, Minggu, 16 Desember 2012 | 16:00 WIB
Suara-Suara Di Malam Hari (Astri Soeparyono)

            Winda memperhatikan bayangan-bayangan gelap dari jendela. Tampaknya ada dua orang yang sedang berdiri menghalangi cahaya lampu sehingga dari luar terlihat sebagai sepasang sosok gelap di balik jendela bergorden kuning yang besar dan lebar itu. ditilik dari gelagatnya, Winda bisa menebak bahwa mereka berdua adalah sepasang suami istri.

            "Cepat pergi dari sini atau kamu akan celaka!" bentak si suami.

            Dan tepat setelah si suami mengatakan itu, terdengar suara gaduh yang merupakan campuran dari gonggongan anjing, jeritan si istri, omelan si suami beserta bunyi barang-barang pecah. Jantung Winda mencelos ketika menyadari bahwa pasangan itu tengah mengeroyok sesuatu atau seseorang yang tampak dari bayangannya, tengah tersungkur dan berguling-guling di lamtai. Dia mendekap mulutnya yang hampir menjerit ketika melihat bayangan si suami memukul sosok yang berada di lantai dengan sebuah tongkat. Dan dia makin bertambah kaget begitu melihat bayangan si istri mengangkat sebuah pisau di tangan kanannya. Meskipun tampaknya dia hanya menggertak karena sedari tadi pisau itu cuma diacung-acungkan.

            Beberapa saat kemudian suara gaduh itu mereda. Winda tidak berani beranjak dari tempatnya berdiri. Tubuhnya membeku karena shock.

            "Dia mati, Indra!" pekiki si istri, kedengarannya sangat ketakutan. Tapi Winda jauh lebih takut daripadanya. Dia baru saja menyaksikan pembunuhan...

            "Apa yang harus kita lakukan, Maya? Mereka pasti akan menuntut kita!" sahut pasangannya, Indra yang sama ngerinya.

            "Tapi kita enggak punya uang? Gimana kalau kita dijebloskan ke penjara?"

            Winda membatu di tempatnya. Apakah ini benar-benar nyata? Atau hanya imajaninasinya karena terlalu banyak nonton sinetron? Dia mendekati rumah itu perlahan-lahan untuk memastikan.

            "Lebih baik kita kubur saja mayatnya di halaman belakang," usul Indra, "Orang-orang enggak akan tahu hal ini."

            Tidak terdengar jawaban dari istrinya namun Winda bisa melihat bayangan mereka menyeret sosok terkapar di lantai kemudian suasana sepi kembali. Bayangan mereka telah menghilang dari pandangan. Saat itu pikiran Winda benar-benar kacau balau. Apa yang harus ia lakukan? Lapor polisi? Bagaimana kalau polisi tidak percaya padanya?

            Winda memberanikan diri untuk memasuki halaman depan rumah mereka. Dia mengendap-ngendap menuju jendela dan berusaha untuk membukanya. Untungnya jendela itu tidak terkunci sehingga bisa dibuka dengan mudah. Dia menyingkap gorden berwarna kuning berdebu dan langsung menjerit tertahan.

            Ada darah. Darah di mana-mana. Winda nyaris pingsan melihat pemandangan mengerikan itu. jantungnya terasa mau copot begitu Winda memandang bercak-bercak merah yang menodai hampir seluruh ruangan. Dia berusaha untuk menguasai dan mengamati tempat itu lagi. Menurut Winda ruangan itu adalah ruang tamu karena di sana terdapat sekumpulan sofa tua berwarna cokelat yang mengelilingi sebuah meja kaca. Sebuah tongkat baseball berlumuran darah tergelatk sembarangan di lantai. Dan di sudut ruangan, seekor anjing bulldog terbaring pingsan, mungkin dia terkena pukulan tadi, tapi tampaknya anjing itu tidak terluka parah. Darah itu bukan berasal dari tubuhnya.