Aku Mencintai Seorang Gay

By Astri Soeparyono, Kamis, 4 Agustus 2011 | 16:00 WIB
Aku Mencintai Seorang Gay (Astri Soeparyono)

          "Cowok ini?" tatapku tajam, kembali menahan tangis yang sudah benar-benar ada di pelupuk mata. Aneh, untuk pertama kalinya aku benci menghabiskan waktu bersama Farrel seperti ini. "Pembicaraan seperti apa, Rel?"

          Farrel terdiam, bingung menjawab pertanyaanku. Namun akhirnya ia menjawab juga. "Kami membahas banyak hal, mengenai bagaimana hubungan kami, bagaimana kami harus melangkah sekarang, bagaimana kami harus bisa menjalani hidup kami dengan sesuatu yang sama-sama emm, menyakitkan."

          Bahkan Farrel sudah mempergunakan kata ganti 'kami' untuk dirinya dan cowok itu.

          Kutatap Farrel, tiba-tiba, sebuah ide keluar dari kepalaku, menari-nari dalam napas dan kekalutan yang sudah tidak bisa lagi kusembunyikan. Aku menangis, tidak seperti tadi yang hanya berupa irisan air mata, kini aku teergugu. Menatap Farrel dengan luka yang sangat dalam, karena aku sendiri bingung bagaimana harus menutup luka itu.

          "Apa yang kamu pikirin sih, Rel? seperti ini bukan sesuatu yang pantas untuk diperjuangkan kamu tidak pantas memperjuangkan ini. Sesuatu yang seharusnya bukan menjadi bagian hidup kamu, sesuatu yang seharusnya kamu buang jauh-jauh dari dalam diri kamu!" Aku mengerjap. Menarik lengan baju Farrel kuat-kuat, melampiaskan segala macam emosi yang mendadak muncul dan tidak terkendali dari dalam diriku-otakku. "Kamu bisa dapetin banyak wanita cantik di luar sana, kamu tinggal pilih, kamu tinggal tunjuk mana pun yang kamu mau. Bukan seperti ini, Farrel!"

          Farrel diam menghadapi sikap garangku barusan.

          Aku menarik napas, menatap Farrel dengan binary mata yang tidak bisa kudeskripsikan seperti apa maknanya. Campuran antara sakit, kecewa dan rasa memperjuangkan yang tinggi.

          Aku rela berbuat apapun asal Farrel kembali ke jalan semula.

          "Maafkan aku, Leah." Hanya itu jawaban Farrel, singkat dan menyesakkan dada.

          "Kamu masih punya ketertarikan dengan wanita?" tanyaku, sangat pelan, namun cukup kencang untuk didengar di suasana sehening ini.

          Farrel mengangguk, menambahkan singkat. "Dalam beberapa case," jawabnya.

          Kutarik tubuhnya mendekat dengan tubuhku, memajukan bibirku, mendekati bibirnya dan melakukan sesuatu yang selama ini tidak pernah kulakukan dengan Farrel, menciumnya!