Flume: DJ dari Sydney yang Mendunia

By Astri Soeparyono, Rabu, 29 Oktober 2014 | 17:00 WIB
Flume: DJ dari Sydney yang Mendunia (Astri Soeparyono)

Siapa sangka, kalau hadiah CD dari sebuah kotak sereal sukses mengantar cowok dari Sydney ini jadi salah satu DJ yang mendunia dan tampil di berbagai festival musik internasional.

(Baca juga: Kenalan Sama Musik EDM)

DJ kece asal Aussie ini mulai jatuh cinta sama musik elektronik sejak umur sembilan tahun. Berawal dari tetangganya yang sering memututarkan musik trance tahun 90-an dan akhirnya bikin Flume jatuh cinta pada jenis musik itu. Meski makin doyan mendengarkan musik elektronik, pengalaman pertama Flume bikin musik elektronik baru terjadi saat dia mendapatkan hadiah sebuah CD software program pembuat musik dari sekotak sereal saat berumur sebelas tahun dan mulai rajin bikin musik dengan laptop di kamarnya di Sydney.

"Aku selalu ingin bisa bikin musik, tapi enggak tahu gimana caranya sampai kotak sereal ini datang. Pada dasarnya itu adalah program pembuat musik untuk bikin musik jenis apa saja. Aku langsung membuat musik trance 140bpm yang norak," akunya.

Flume: DJ dari Sydney yang Mendunia

Selanjutnya, Flume makin mendalami software yang lebih canggih dan bikin  musik dengan genre yang lebih luas kayak hip-hop, piano ballad, heavy electro, indie, dance, pop, bahkan super eksperimental, hingga menemukan warna musiknya sendiri dan merilis mini album, Sleepless  (2011) serta album Flume (2012) yang sukses mengubah hidupnya 180°.

Termasuk, mengantarnya menggelar tur di Amerika Utara dan Eropa termasuk main diberbagai festival musik terbaik dunia seperti OutsideIN, Coachella dan SXSW serta menyabet empat penghargaan di Aria Music Awards 2013 (pengharagan musik terbesar di Australia).

(Baca juga: Madeon DJ Multi Genre)

Flume: DJ dari Sydney yang Mendunia

"I prefer it to be mainstream because more people will hear it," ungkap Flume jujur soal musiknya. Bahkan agar musiknya makin mainstream alias banyak didengar orang, Flume rela kalau lagu-lagu atau albumnya di-download secara illegal, alias dibajak asalkan semua fans yang menyukai musiknya itu, mau datang menonton saat dia tampil di kota mereka tinggal.

"Tentu saja, selalu meyenangkan kalau ada orang-orang yang membeli musik kita, tapi pada akhirnya aku cuma ingin musikku bisa dinikmati oleh sebanyak mungkin orang. Aku lebih memilih kamu men-download-nya secara ilegal dari pada enggak download sama sekali," papar DJ yang sempat me-remix lagu Tennis Court milik Lorde ini.