Kurikulum 2013 Kembali ke 2006: Banyak Biaya?

By Astri Soeparyono, Senin, 8 Desember 2014 | 17:00 WIB
Kurikulum 2013 Kembali ke 2006: Banyak Biaya? (Astri Soeparyono)

Pelaksanaan Kurikulum 2013 sudah diputuskan untuk dikembalikan ke kurikulum 2006. Tapi beberapa kalangan justru memandang penggantian kurikulum ini banyak menimbulkan kerugian terutama pemborosan waktu dan biaya. Bener enggak sih, Kurikulum 2013 kembali ke 2006 memakan banyak biaya?

(Baca juga: Mendikbud Hentikan Kurikulum 2013 Dan Kembali ke Kurikulum 2006)

Selain menelan anggaran pendidikan yang jumlahnya mencapai Rp 2,2 Triliun, dalam perubahan kurikulum ini yang paling banyak dikeluhkan adalah akankah siswa yang menjadi korbannya, sebab mereka harus membeli buku-buku baru lagi?

"Di situ letak pertimbangannya, (mau) anak-anak kita yang dikorbankan supaya uang tadi diselamatkan, atau anak-anak diselamatkan tapi ada biayanya," kata Anies baswedan lagi, Senin (8/12).

Ia tetap kukuh, siswa sekolah yang baru menjalankan kurikulum 2013 dikembalikan ke kurikulum 2006. Soal buku yang sudah dimiliki siswa, Anies menyarankan untuk disimpan.

"Anak-anak biar kembali ke kurikulum 2006, bukunya disimpan, disimpan," katanya berulang.

Ia menganggap enggak akan sia-sia dengan apa yang sudah terjadi. Dan sementara siswa kembali ke kurikulum 2006, para guru tetap dikasih pelatihan intensif.

"Eggak mubazir kok melatih guru, yang penting anaknya kembali dulu biar enggak ada kekacauan di kelas, nanti ketika guru siap dan menguasai dengan baik, dia akan mengajarkan dengan baik juga,  jadi  biar enggak ada lagi keluhan PR banyak, tugas banyak. Itu karena enggak ada kesiapan guru," jelasnya.

(Baca juga: Kenapa Sih, Kurikulum 2013 Harus Dihentikan?)

Kurikulum 2013 Kembali ke 2006: Banyak Biaya?