Pertolongan Pertama Pada Abusive Relationship

By Marti, Rabu, 27 November 2013 | 16:00 WIB
Pertolongan Pertama Pada Abusive Relationship (Marti)

Girls, pernah memperhatikan pola pacaran selama ini enggak? Kadang, kita mengalami abusive relationship. Hanya saja, kita enggak menyadarinya karena seringkali abusive relationship ini enggak bisa dideteksi secara kasat mata, kecuali untuk kekerasan fisik.

Di usia remaja, abusive relationship yang sering terjadi adalah emosional. Misalnya, pacar yang over controlling, cemburu berlebihan, membatasi pergaulan dan mengisolasi kita, memaksa kita melakukan apa yang dia mau dan cenderung melarang kita melakukan apa yang kita suka, menyalahkan kita atas kesalahannya, memanggil dengan sebutan negatif yang merendahkan sehingga membuat kita memandang rendah diri sendiri.

Karena tanda-tandanya enggak terdeteksi dengan jelas, kita harus lebih peka lagi, girls. Dan, jika beberapa tanda sudah dikenali, yuk cari pertolongan pertama untuk keluar dari hubungan ini. Soalnya, jika dibiarkan, dia akan semakin menjadi-jadi dan membahayakan diri kita, girls.

"Sebenarnya itu caranya menunjukkan rasa sayang," atau "dia lagi capek, jadi wajar kalau marah-marah terus," atau mungkin "sebenarnya aku juga yang salah, enggak mau dengerin omongannya." Selalu saja ada alasan yang membenarkan setiap tindakan pacar, sekalipun jelas-jelas tindakan itu salah. Dengan alasan sayang, kita merasa tindakannya itu sah-sah saja.

Kita sudah harus berhenti memberi alasan ini, girls. Apalagi lama-kelamaan alasan itu makin enggak masuk akal. Dengan bersikap seperti ini, terlebih sering menyalahkan diri sendiri dan menerima semua tindakan abusive itu, seorang abuser akan memiliki alasan untuk membenarkan tindakannya. Dan, kita akan semakin menderita karena terjebak dalam hubungan ini. Tanpa sadar, justru sikap kita inilah yang membuat kita terus disakiti.

Jika tingkat abusive yang dilakukan belum terlalu parah, masih ada kesempatan untuk mengubahnya, girls. Yang penting, kita enggak tinggal diam. Ketika dia melarang kita untuk hangout bareng teman, jangan langsung diiyakan. Tanyakan apa alasannya. Jika enggak masuk akal, sampaikan keberatan kita dan ajak pacar untuk bicara baik-baik. Ingat, jangan terbawa emosi, ya.

Abuser cenderung berkuasa karena dia tahu kita sulit untuk speak up. Atas dasar sayang dan menghindari kemungkinan terjadinya konflik, seringkali kita memilih untuk diam dan menerima apa pun yang dikatakan pacar. Termasuk, ketika dia memaksa kita melakukan apa yang enggak kita suka. Saatnya untuk lebih berani bicara jujur, girls.

Kita bisa bilang kalau kita keberatan dan enggak nyaman dengan perlakuannya. Seperti ketika dia menyuruh kita mengubah gaya menjadi lebih feminin. Sampaikan kalau kita enggak nyaman dan lebih senang dengan gaya biasa. Jika dia memaksa, tanyakan alasan dia menyuruh kita melakukan hal itu. Sambil terus menyampaikan pendapat kita juga, girls. Seharusnya, pacar yang baik enggak akan memaksa pacarnya melakukan hal yang enggak disuka.