Kalau aja di Indonesia semua orang sekreatif Tika, sampah di Indonesia pasti bakal berkurang banyak.
"Waktu aku masih SD kan belum banyak mal, jadi kalau weekend hiburannya itu bikin prakarya di teras rumah sama ibuku. Kita suka bikin layang-layang dan lampion," kenang Tika, vokalis band Tika and The Dissidents ini. Pas kuliah di Art Institue of Seattle, Amerika Serikat, Tika baru serius mendalami hobinya itu bersama seorang temannya. Mereka sering membuat homeware dari barang yang udah enggak kepakai, seperti meja yang dibuat dari laser disc dan lampu yang dibikin dari kaleng bekas.
Berlanjut ke tahun 2009, Tika bersama kedua temannya yang juga hobi membuat kerajinan tangan, membuka toko bernama Barang Bekas di daerah Kemang. Sesuai dengan namanya, barang-barang yang mereka jual kebanyakan terbuat dari barang bekas.
"Inspirasi kan datangnya bisa dari mana aja. Jadi kalau ngeliat barang-barang yang terabaikan pas lagi jalan-jalan, kita pasti langsung mikir ini bisa dibikin apa ya?" ucap Tika.
Setahun sebelum membuka toko Barang Bekas, Tika juga udah menyalurkan kreatifitasnya itu dengan membuka rumah makan dengan konsep vintage, bernama Kedai. Hampir semua perabotan rumah makan itu menggunakan barang bekas yang udah dimodifikasi Tika.
"Awalnya aku emang pengin pakai barang-barang bekas buat Kedai supaya bisa menghemat biaya, tapi aku juga pengin bikin sesuatu yang murah itu bisa terlihat unik. Jadi aku berburu kemana-mana nyari barang-barang dan kayu bekas. Aku juga ke tempat pembuatan meja dan kursi untuk sekolah negeri, aku pilihin yang kayu bekasnya masih agak bagus, terus dimodifikasi deh," beber Tika.
Di Kedai, kita bisa lihat hasil kreatifitas Tika, seperti meja yang disanggah dengan dua tong bekas drum minyak, ada sendok dan garpu yang menghiasi lampu gantung, dan ada wadah nasi yang diubah fungsinya menjadi kap lampu.
Hobi dan kreatifitas Tika itu bukan cuma menguntungkan dirinya sendiri, tapi juga menguntungkan lingkungan. Barang yang tadinya jadi sampah, disulap Tika jadi berguna lagi, jadi mengurangi sampah, deh. "Sebenarnya dulu awareness aku terhadap lingkungan, tuh, masih kurang. Baru pas tahun 2003-an, aku jadi ngerti soal reuse, reduce, recycle, dan sadar kalau itu berhubungan kan sama hobiku. Jadinya positif ketemu positif, mudah-mudahan hasilnya juga positif," kata Tika sambil tersenyum.
Menurut cewek yang jago bikin lirik lagu ini, walaupun barang hasil buatan sendiri itu kadang bentuknya enggak sempurna, tapi sesuatu yang datangnya dari ide yang original pasti lebih bernilai dan berharga dibandingkan barang hasil produk massal. Tika merasa meaningful banget, kalau dapat kado atau kartu ucapan yang dibuat sendiri oleh pemberinya.