Hunter Hayes: A Profoundly Gifted Boy

By , Minggu, 21 April 2013 | 16:00 WIB
Hunter Hayes: A Profoundly Gifted Boy (cewekbanget)

Di album debut  self-titled yang pernah rilis tahun 2011 lalu, Hunter Hayes bisa dibilang multi-talented.  Selain menulis lirik lagunya sendiri, memproduseri musik dan jadi backing vocal dalam lagu-lagunya, Hunter juga memainkan nyaris semua intrumen musik yang ada di albumnya itu. Dan meski kerap mengalami kesulitan saat bikin lagu, kalau inspirasi lagi lancar, Hunter bisa bikin lagu dalam waktu 30 menit aja. Wiiih what a profoundly gifted boy!

"Enggak cuma menyanyi aja, setiap alat musik itu bagiku adalah sebuat tempat (pelampiasan). Aku enggak hanya mengisi vokal, dan bilang bahwa lagu-lagu ini berasal dari hatiku, tapi setiap instrumen seolah-olah mewakili perasaanku," kata Hunter Hayes.

Kalau dihitung, Hunter bisa memainkan 32 instrumen musik dalam album debutnya yang langsung masuk banyak nominasi dalam 2013 Grammy Awards kemarin. "Dalam album, aku hitung-hitung ada sekitar 32 alat musik. Tapi aku enggak memainkan semua alat musik itu dengan baik, lho," kata Hunter merendah. He-he-he. Ah masak siiih?

Bagi Hunter, memilih lagu untuk dimasukkan ke dalam sebuah album itu adalah hal yang sangat sulit. Pernah suatu kali, cowok yang suka menikmati kesendirian ini, harus memilih 12 dari 60 lagu yang udah dia bikin.

"Narrowing down the songs was very difficult," cerita Hunter. "Aku punya sedikitnya 60 lagu, dan aku harus memilihnya jadi sekitar 30 lagu. Lalu 20 lagu, dan 12 lagu. Proses menulis lagu adalah proses yang paling jujur buatku, dan memang harus begitu. Ya, aku berjalan ke dalam sebuah ruangan dan bilang ke diri sendiri: aku akan menulis lagu ini dengan lirik dan melodi yang seperti ini, tapi tiba-tiba aku ngerasa enggak 'terhubung' dengan lagu yang aku bikin tadi, dan aku pikir semua orang juga bakal merasakan hal yang sama."

Menurutnya, cara yang paling ampuh untuk bikin lagu adalah menulis tentang apapun yang muncul di kepala. Sedangkan cara untuk memilih lagu adalah merefleksikan apakah lagu-lagu itu bisa terhubung dan berarti bagi pendengarnya. Itu adalah hal yang paling Hunter pertimbangkan. Begitu Hunter merasa enggak 'terhubung' sama lagu yang dibikinnya, maka dia enggak akan memilih lagu itu untuk diperdengarkan kepada penggemarnya.  

 "Aku pengin orang-orang bisa terhubung dengan apa yang telah aku kerjakan; bagiku, itu kayak mimpi yang jadi kenyataan," tegas Hunter.

Sama seperti para penulis atau lyricist kebanyakan, Hunter juga pernah mengalami kesusahan saat bikin lagu. Tapi ketika si penggila Paul McCartney ini lagi merasa 'mudah' untuk bikin lagu, dengan berbekal 30 menit aja, Hunter bisa bikin lagu yang menang dan dinominasikan beberapa awards, Wanted.

 

"Ada hari-hari dimana aku enggak punya apapun yang bisa kucurahkan dalam tulisan. Dan ada sebuah lagu berjudul 'Rainy Season', dimana aku menghabiskan seharian menulis lagu-lagu lain (selain Rainy Season), dan lagu Rainy Season itu justru tiba-tiba muncul di jam-jam terakhir selama sesi bikin lagu. Kami banyak menghabiskan waktu saat itu. Dan jujur, kalau lagu 'Wanted' sendiri bagiku adalah lagu 30 menit saja. There was not any sort of drawn out process, apapun yang langsung muncul di pikiran dan seperti apapun musik yang tiba-tiba terbayang di kepala, that's what happened," cerita Hunter Hayes.

"The song literally almost wrote itself, dan itu adalah bagian yang paling kusukai. Albumku itu berisi lagu-lagu '30 menit saja' dan aku bangga banget karena itu," tambah Hunter tentang lagu-lagunya. Wiih, hebat banget ya? Kamu bisa bikin lagu secepat itu enggak, girls?

(dea, foto. last.fm)