Arti Di Balik Pita Merah alias Red Ribbon

By , Kamis, 19 Desember 2013 | 16:00 WIB
Arti Di Balik Pita Merah alias Red Ribbon (cewekbanget)

Setiap 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS sedunia. Salah satu cara menunjukkan rasa solidaritas adalah dengan menyematkan pita merah di dada. Pita merah bukanlah sembarang pita atau hiasan saja.

Pada 1991, sekumpulan seniman yang peduli HIV/AIDS dan tergabung dalam Visual Aids menciptakan pita merah atau red ribbon. Ide ini muncul setelah mereka melihat aksi para tentara AS yang menyematkan pita kuning sebagai bentuk penghormatan terhadap teman-teman yang gugur di Perang Teluk. Setelah itu, Visual Aids pun memutuskan buat melakukan hal yang sama tapi dengan warna yang berbeda. 

Merah dipilih karena mewakili warna darah tempat virus HIV berkembang. Selain itu, warna merah juga merupakan simbol gairah dan semangat. Makanya, warna ini dipilih agar bisa memberikan semangat juang hidup kepada para penderita.

Pita merah mulai diketahui banyak orang sejak 1991 tepatnya saat ajang penghargaan Tony Awards digelar. Visual Aids bekerja sama dengan panitia acara membuat tiga ribu pita merah dan dibagikan di lokasi penghargaan. Saat acara berlangsung, aktor Jeremy Irons tampil di layar kaca dengan memakai pita itu di dadanya.

Simbol ini semakin terkenal setelah konser tribute untuk Freddie Mercury digelar pada 1992 di London, Inggris. Freddie Mercury adalah vokalis legendaris band Queen yang meninggal akibat AIDS pada 1991. Di konser penghormatan itu, ada sekitar 100 ribu pita merah yang dibagikan ke penonton. Sejak saat itu, pita merah berlanjut menjadi simbol solidaritas terhadap penderita HIV/AIDS.

Bentuk pita merah adalah huruf 'V' terbalik. Tetapi, bentuk pita merah masa kini sedikit berbeda dengan bentuk aslinya. Pita merah yang pertama kali dibuat pada 1991 berbentuk 'V' terbalik tanpa ada lubang di tengahnya. Tapi sejak diperkenalkan di acara Tony Awards, pita merah dibuat dalam bentuk 'V' terbalik dengan lubang kecil di tengahnya, seperti yang kita jumpai saat ini.

Tujuan awal para seniman membuat pita merah adalah agar orang-orang mau berbicara tentang HIV/AIDS. Pada masa itu, penyakit menular seksual ini sangat ditutupi dan penderita enggan memberitahu kepada orang-orang terdekat kalau ia mengidap penyakit itu. Makanya, para seniman berkumpul ingin menciptakan ekspresi visual kasih sayang bagi mereka yang hidup dengan virus itu dan juga bagi orang di sekitarnya. 

Pita merah bukan sembarang simbol solidaritas yang sekadar disematkan saja di dada. Pita ini punya makna berarti yang menjadi kekuatan untuk melawan penyakit AIDS di seluruh dunia. Pita merah punya lambang pengharapan untuk penyembuhan dan pencarian vaksin juga obat penyembuh.

Pita merah juga bentuk dukungan simbolis yang enggak hanya ditujukan kepada penderita. Pita ini juga mendukung dan memberi semangat orang-orang yang telah kehilangan keluarga, sahabat, dan orang yang dicintai karena AIDS. Selain itu juga mendukung adanya upaya pencegahan terhadap orang-orang yang tidak terinfeksi.

Pita merah memang udah terkenal sebagai simbol solidaritas terhadap penderita HIV/AIDS. Tapi ternyata, pita ini juga bisa jadi bentuk solidaritas terhadap penderita penyakit jantung dan stroke.

Kuning: tentara yang baru balik dari medan perang.

Biru: Child abuse, human trafficking, dan penyakit Huntington.

Ungu lembayung: Korban bullying, kekerasan, dan stalking.

Hitam: Tragedi 9/11 di Amerika Serikat, terorisme di Turki, dan penembakan di Virginia Tech.

Pink: Kanker payudara.

Motif puzzle: Autisme.

Motif zebra: Penyakit yang jarang ditemui.

(nana, foto: theguardian.com)