Mengubah kebiasan mem-bully memang enggak gampang, tapi bukan berarti enggak mungkin. Asal kita berniat tulus, sadar dan mau memahami, pasti bisa, kok. Ingat, enggak ada satu alasan pun yang membenarkan bullying. Setelah tahu penyebabnya, yuk kita berubah!
Renungkan apa yang sebenarnya kita rasakan saat mem-bully. Apakah bahagia atau sebenarnya ada rasa takut dan iba yang muncul dalam diri kita? Coba tempatkan diri kita dalam posisi dia dan bayangkan semua rasa malu dan sakit hati yang dia alami. Tanamkan dalam pikiran kita kalau semua orang itu sama. Hargai perbedaan sebagai hal unik. Bukan kekurangan yang harus kita cemooh.
Mungkin bagi kita, menjahili dan menertawakan orang itu hal sepele, tapi enggak bagi si korban. Apa yang kita lakukan itu bisa jadi mengubah hidupnya karena meninggalkan sakit hati dan rasa malu yang mendalam. Dia jadi rendah diri dan hidupnya enggak tenang karena khawatir akan di-bully setiap hari. Akhirnya jadi malas sekolah dan masa depannya suram. Bahkan yang lebih parah lagi memutuskan buat bunuh diri seperti yang sudah banyak terjadi.
Setiap kali kita merasa iri dan emosi melihat kesuksesan atau tindakan dia, berlatihlah untuk mengendalikannya. Tarik napas panjang dan langsung jauhi dia. Menghindar agar enggak melihat dia bisa jadi hal yang baik. Alihkan juga perhatian kita pada hal-hal yang lebih menyenangkan seperti mencari teman dan hobi baru melalui ekskul atau kegiatan baru yang positif.
Berteman dengan pem-bully enggak akan membawa hal baik buat diri kita. Yakin deh, masih banyak teman lain yang lebih baik dan asik. Kalau perlu, coba berteman dengan orang yang biasa kita bully agar kita bisa lebih paham bagaimana rasanya jadi mereka. Siapa tahu mereka ternyata asik dan banyak hal keren yang bisa kita pelajari dari mereka.
Kalau kita terus diancam sama geng bullying yang kita jauhi, curhat saja pada ortu atau guru konseling dan minta solusi dari mereka. Atau kalau mengalami bullying di rumah, kita juga bisa kok curhat sama guru konseling atau orang dewasa yang cukup dekat dengan kita. Misalnya, guru, paman atau tante, orang tua sahabat kita atau bahkan psikolog. Siapa tahu mereka bisa membantu kita lepas dari trauma bullying di rumah dan mengubah kebiasaan kita mem-bully.
Kumpulkan keberanian dan minta maaf dengan tulus. Jangan memaksanya buat langsung memaafkan kita. Kalau tindakan bullying yang kita lakukan cukup parah dan sering, mungkin dia enggak bisa langsung memaafkan. Terima saja reaksi apa pun yang dia berikan. Jangan emosi. Sabar, adalah kata kuncinya. Kalau kita terus menunjukkan niat baik, lama-lama dia juga pasti paham.
(aisha, foto: tvguide.com)