Kalau Kita Jadi Saksi Bullying

By Marti, Kamis, 28 November 2013 | 16:00 WIB
Kalau Kita Jadi Saksi Bullying (Marti)

Bullying enggak hanya melibatkan korban dan pelaku. Di antara kedua hal itu, ada penonton atau mereka yang menyaksikan tindakan bullying ini. Malah, jumlah penonton ini banyak banget. Menurut Aprishi Allita, penulis buku Cool In School, Buku Pintar Bergaul Di Sekolah yang peduli banget soal isu bullying, penonton memiliki kekuatan untuk menghentikan aksi bullying.

"Namun umumnya mereka memilih diam. Biasanya karena kurangnya empati dan takut dijadikan objek selanjutnya. Padahal, jika penonton ini bertindak, baik sendiri maupun bersama-sama, aksi bullying ini bisa dihindarkan," jelas Aprishi.

Pernah melihat teman di-bully, girls? Sekarang saatnya kita untuk enggak diam aja. Kita bisa mendekati korban sekaligus pelaku agar bisa menghentikan aksinya. Cari tahu sikap apa aja yang bisa kita lakukan, yuk, girls.

Cara paling sederhana menghentikan bullying adalah dengan mengajak bicara, baik korban atau pelaku. Kita mungkin enggak bisa menjadi pahlawan dengan muncul tiba-tiba waktu ada teman yang di-bully, tapi kita bisa mendekati teman setelahnya. Dengan begitu, korban bully akan merasa kalau masih ada yang peduli padanya. Sekaligus membantu dia mengembalikan rasa percaya dirinya, girls. Kita bisa membujuk korban untuk berani melawan, setidaknya meyakinkan dia kalau tindakan bully itu enggak bisa diterima.

Kita juga bisa bicara dengan korban, sekaligus memberitahu dia bahwa tindakannya sudah kelewatan. Tapi, jangan langsung memvonis dia bersalah karena kemungkinan besar dia akan defensif. Kita bisa memberi contoh efek bully sehingga dia bisa memikirkan kembali perbuatannya.

Ketika mencari tahu latar belakang tindakan bully ini, usahakan seobjektif mungkin, girls. Meski korban menjadi pihak yang paling menderita, kita juga harus mencari tahu alasan pelaku mem-bully. Dengan begitu, kita bisa mendapat jawaban yang adil dan tahu harus bersikap seperti apa untuk menghentikan bullying ini.

Tindakan bullying memang enggak bisa diterima, tapi pelaku jangan dikucilkan, girls. Umumnya, pelaku ini hanya ingin mencari perhatian dengan mem-bully orang lain, sehingga ketika dia dikucilkan, dia akan semakin menjadi-jadi.

Tanpa sengaja, bisa saja kita jadi ikut-ikutan mem-bully. seperti menonton teman ektika mem-bully tapi enggak berbuat apa-apa, atau ketika menghibur teman yang di-bully, kita tanpa sengaja ikut berkata kasar tentang pelaku. Hal ini hanya akan membuat korban semakin enggak percaya diri dan tertekan. Ketika menghibur, pastikan ucapan kita membangkitkan semangatnya, ya, girls.

Jika tindakan bully yang kita lihat sudah parah banget, dan kita enggak bisa menghentikannya, kita bisa meminta bantuan orang lain. seperti ketua OSIS, kakak kelas, guru, atau kepala sekolah. Biasanya pelaku mengancam penonton ini untuk tutup mulut. Jangan takut, girls. Selama tindakan kita benar, kenapa harus takut?

Sebaiknya, korban sendirilah yang langsung jujur kepada guru atau orangtua. Karena itu, yang bisa kita lakukan hanyalah membujuknya untuk jujur. Ajak dia mengikuti kegiatan atau bertemu orang-orang yang bisa membuatnya kembali percaya diri sehingga membantunya untuk mau jujur. Ketika dia memutuskan untuk jujur, kita bisa menemaninya. Baik sebagai saksi, maupun untuk mendukungnya.

Jadi, enggak ada lagi alasan untuk diam aja ketika melihat teman di-bully, kan, girls?

(iif. stopchildbullying.org)