Belakangan ramai dibahas LGBT. Kita mungkin sering mendengar istilah lesbian, gay, bisexual, dan transgender. Tapi, sebenarnya, apa sih LGBT itu dan kenapa ramai dibicarakan masyarakat? Buat yang pengen tahu, simak 5 informasi soal fenomena LGBT di Indonesia yang remaja harus tahu ini, girls.
(Baca juga: Apa Itu Transgender?)
Homoseksualitas didefinisikan sebagai ketertarikan secara seksual kepada jenis kelamin yang sama, meliputi lesbian dan gay. Biseksualitas adalah kecenderungan ketertarikan secara seksual kepada kedua jenis kelamin. Sementara itu, transeksualitas merupakan gangguan identitas jenis kelamin berupa hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya dan ingin mendapat terapi hormon dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PP PDSKJI) mengeluarkan pernyataan bahwa orientasi seksual homoseksual dan biseksual sebagai orang dengan masalah kejiwaan. Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh dr Danardi Sosrosumihardjo, SPKJ (K) pada tanggal 19 Februari 2016 tersebut disampaikan, orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental dan sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko atau rentan mengalami gangguan jiwa, dirilis dari health.kompas.com.
Walaupun PP PDSKJI menyatakan LGBT adalah masalah kejiwaan, ada juga pihak yang mengatakan sebaliknya. Mengatakan kalau LGBT ini adalah keadaan tubuh yang bukan penyakit sehingga tidak perlu diobati atau diperbaiki.
Sejak tahun 1973 para pakar psikiatri dan dokter di seluruh dunia sudah menyatakan homoseksual bukanlah gangguan jiwa, tetapi pandangan sebagian besar masyarakat tetap tidak berubah. Hanya ada dua gender, cowok dan cewek, serta ketertarikan seksual seharusnya dengan lawan jenis.
Dokter bedah saraf dari RS Mayapada Jakarta, dr.Roslan Yusni Hasan, mengatakan, orientasi seksual seseorang tidak ditentukan oleh jenis kelaminnya, melainkan melalui otaknya. "Sebetulnya orientasi seksual manusia itu omniseksual, artinya kepada apa saja bisa. Semua itu dipengaruhi oleh pertumbuhan otaknya sejak dalam kandungan," katanya kepada health.kompas.com.
"Tentu tidak menular (LGBT). Orientasi seksual dan lainnya itu struktur di otaknya sudah ada," jelas Ryu. Ryu menjelaskan, orang yang menjadi gay setelah sering berkumpul dengan gay karena memang sebelumnya sudah ada bakat dalam diri orang tersebut. Lingkungan sosial akhirnya bisa memicu seseorang yang memiliki bakat gay kemudian menjadi gay.
"Kalau punya bakat, lalu kumpul sama homoseksual, ya makin jadi homoseksual. Bakatnya, kan ada. Tapi, yang enggak ada bakatnya ya enggak jadi ikut homoseksual," kata Ryu pada health.kompas.com.
(Baca juga: Remaja Dan Perilaku Penyimpangan Seksual)