7 Kisah Tragis Cewek yang Dibunuh Atas Nama ‘Honor Killing’ alias Harus Dibunuh oleh Keluarga

By Ifnur Hikmah, Selasa, 30 Januari 2018 | 14:30 WIB
Qandeel Baloch (Ifnur Hikmah)

“Setelah tinggal denganku selama empat hari semenjak kami menikah, keluarganya menghubungi kami dan berjanji akan mengadakan pesta yang sebenarnya di hari ke-delapan. Zeenat kemudian pulang ke rumah meski dia khawatir akan dibunuh keluarganya.

Dia akhirnya setuju ketika pamannya menjamin keselamatannya. Setelah dua hari, dia meneleponku dan bilang keluarganya menarik kembali janji itu dan memintaku menjemputnya, tapi aku memintanya untuk menunggu sampai hari ke-delapan. Lalu, setelah itu, dia dibunuh,” cerita Hassan.

Ambreen baru berumur lima belas tahun ketika dia dibunuh. Alasannya adalah karena dia membantu tetangganya untuk kawin lari dengan pacarnya. Ambreen pun disidang oleh masyarakaat sekitar dan sekitar 15 orang anggota persidangan memutuskan untuk membunuh Ambreen.

Cewek ini pun kemudian disuntik obat-obatan, dicekik, kemudian diikat dan disekap di dalam mobil van yang dibakar. Ke-15 pelaku sudah ditangkap, dan salah satunya adalah sang ibu yang diduga tahu mengenai proses penculikan dan pembunuhan Ambreen tapi enggak memberitahu pihak berwajib.

Namun, sang ayah membantah keterlibatan keluarganya. “Anakku tidak bersalah. Dia berhenti sekolah di kelas delapan dan baru berumur 15 tahun,” ungkapnya.

Karena menikah dengan cowok yang dia pilih, Anum Ishaq Masih, dipukul dengan balok kayu oleh kakaknya ketika tidur. Saqib Ishaq Masih, sang kakak, enggak menyetujui keputusan adiknya ini dan menganggapnya sudah mencemarkan nama baik keluarga.

Dia pun ditahan setelah sang ayah melaporkan ke polisi.

(Foto: dailymail.co.uk, guardian.co.uk, hdwallpaperseek.com)