Coba baca ulang lagi, setiap hari ada 35 cewek Indonesia yang mengalami kekerasan seksual.
Pelecehan seksual yang saya alami merupakan bagian dari kekerasan seksual dan bentuknya bermacam-macam.
Komnas Perempuan mendefinisikan pelecehan seksual sebagai tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun non-fisik dengan sasaran organ seksual atau seksualitas korban.
Termasuk di dalamnya adalah menggunakan siulan, main mata, ucapan bernuansa seksual, mempertunjukkan materi pornografi dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan. Kata kuncinya adalah perasaan tidak nyaman.
Dear Cowok...
Pelecehan seksual, seperti halnya kasus kekerasan lain, setelah terjadi korban akan mencari dukungan emosional dari orang lain untuk mengurangi rasa stres yang dialami.
Termasuk dari lawan jenis yang kehadirannya penting buat cewek, seperti ayah, suami, pasangan, sahabat atau teman.
Sayangnya karena pelecehan seksual adalah sesuatu yang sungkan dibicarakan, seringkali banyak orang enggak tahu apa yang harus dilakukan ketika ada yang curhat soal ini.
Apalagi di sisi cowok yang bila dibandingkan cewek, jarang mengalami pelecehan seksual sehingga sulit sekali berempati.
Malah banyak yang menganggap pelecehan seksual terhadap perempuan sebagai bentuk ‘pujian’ atau ‘perhatian’ dari lelaki.
Seorang teman lelaki ketika saya bercerita tentang pantat yang tiba-tiba diremas berusaha menenangkan dengan bilang, “Ya sudah diikhlasin aja.” WTF? Ini pantat, lho, bukan kotak amal.
Lain waktu ketika bercerita soal insiden ini terhadap tiga lelaki dalam satu meja, reaksi paling dahsyat yang saya dapat hanya dari salah satu yang berkata, “Oh gitu,” sambil manggut-manggut. Seolah saya baru cerita kalau ramalan cuaca hari ini bilang akan turun gerimis.