Setiap cewek tentunya pengin punya pacar yang peduli dan perhatian banget sama kita. Cowok yang siap sedia membantu kita kapanpun kita butuh bantuan. Cowok super baik yang membuat kita nyaman saat bersamanya.
Namun, seringkali kita malah naksir sama cowok ‘bad boy’ yang kemungkinan menyakiti kita lebih besar. Sementara itu, cowok baik yang selama ini membuat kita nyaman malah berakhir jadi korban friendzone.
Saya tidak mengalami langsung hal ini. Namun, saya sering menjadi tempat curhat salah satu teman saya yang bercerita soal pacarnya. Ada banyak hal yang dia keluhkan dari sang pacar.
Sifat pacarnya yang terlalu cueklah, pacarnya yang susah mengerti dia, atau si pacar yang enggak mau mencoba buat mengerti dia. Dia sering mengeluh capek, padahal kalau dipikir-pikir, sifat cuek si pacar bukan hal baru.
Sejak mereka PDKT pun, si cowok sudah cuek. Namun, teman saya punya pendapat kalau ‘dia sebenarnya enggak secuek itu kok. Ntar kalau sudah pacaran juga bakalan berubah.’ Sayangnya, si cowok sama sekali enggak berubah.
Lebih jauh lagi, teman saya pengin punya pacar yang baik kepadanya, perhatian dan benar-benar mengerti dirinya. Dia pun menyebut nama salah satu teman cowok kami sebagai contoh. Yang lucu adalah, teman cowok kami ini sudah lama naksir dia tapi hanya jadi korban friendzone karena teman saya lebih suka sama si cowok cuek.
Mungkin kejadian ini pernah kita alami. Bad boy yang terlihat lebih menantang ketimbang cowok baik yang ada di sebelah kita dan menjadi teman. Kira-kira, kenapa ya cewek lebih suka sama bad boy tapi bikin sakit hati dan cowok baik malah di-friendzone?
Lihat di sini karakter bad boy di drama Korea yang bisa bikin kita jatuh cinta.
Yakin Bisa Mengubah
Salah satu alasan cewek naksir bad boy adalah adanya keyakinan kalau kita bisa mengubah sifat gebetan.
Saat PDKT, memang, sih, seringnya kita enggak bisa berpikir jernih. Kalau sudah sayang, kita yakin bisa melakukan apa saja. Salah satu yang paling sering dirasakan adalah, kita yakin bisa mengubah sifat gebetan jadi lebih baik begitu sudah pacaran.
Jadi, ketika gebetan menunjukkan sifat-sifat yang sebenarnya enggak kita suka, keyakinan ini lebih mengambil alih keputusan kita. Ini yang sering jadi alasan kenapa bad boy itu bisa terlihat menarik, karena kita yakin bisa mengubah dia.
“Entah kenapa aku memang sering naksir sama cowok rebel gitu, sih, tapi rebel di sini masih dalam tahap wajar kok. Di sekolah dia terkenal sebagai cowok cool gitu. Dingin-dingin bikin penasaran gitu, sih. Mungkin karena penasaran itu aku jadi ngedeketin dia. Pengin tahu aja, apa sama orang yang dia sayang dia sedingin itu juga.” (Bella, 18 tahun, BSD)
Persepsi Kalau Cowok Baik Itu Membosankan
Yup, mau tidak mau kita harus mengakui kalau di sekitar kita, persepsi kalau cowok baik itu membosankan terasa sangat jelas. Sehingga, cowok baik enaknya ya jadi sahabat aja. Semacam ada kurang tantangannya gitu, deh. Padahal, kalau dipikir baik-baik, justru cowok baik inilah yang sebenarnya kita butuhkan.
“Aku pernah dekat sih sama cowok yang baik banget. Tapi ya jadinya bosan, kayak enggak ada tantangannya gitu. Trus enggak jadi jadian karena aku enggak suka lagi.” (Ayu. 19 tahun, Jakarta).
Ternyata ada sisi positifnya kita naksir bad boy. Buka halaman selanjutnya untuk tahu hal ini.
Ternyata, ada penjelasannya nih kenapa kita bisa suka sama bad boy meski kita sendiri sadar kalau kemungkinan untuk sakit hati lebih gede ketika pacaran sama bad boy. Karena pada dasarnya kita ingin belajar, dan belajar dari pengalaman adalah salah satu proses dari tumbuh dewasa.
Ada sebuah quotes anonymous yang cocok untuk menggambarkan keadaan ini.
Dengan kata lain, cowok baik tentunya akan memperlakukan kita dengan baik dan kecil kemungkinan dia akan melakukan sesuatu yang menyakiti kita. Sehingga, kita terlanjur menerima dia begitu saja alias taken for granted.
Dengan merasakan sakit hati, kita jadi belajar untuk lebih menghargai diri kita dan belajar untuk lebih dewasa. Lihat di sini kenapa sekali dalam seumur hidup, sebaiknya kita merasa patah hati.