Kisah Cewek yang Pernah Disiram Air Keras dan Harus Menjalani Proses Pengobatan yang Lama

By Ifnur Hikmah, Minggu, 12 November 2017 | 04:30 WIB
foto: islamichelp.co.uk (Ifnur Hikmah)

Disiram air keras, atau acid attack termasuk sebuah tindak kejahatan. Salah seorang penyidik senior KPK, Novel Baswedan, disiram air keras oleh orang tidak dikenal.

Dalam kenyataannya, kejahatan seperti ini sering terjadi. Tujuannya adalah untuk menyakiti, dan si pelaku bisa kabur dengan cepat setelah menjalani aksinya.

Cewekbanget.id sempat ngobrol dengan A, seorang cewek asal Bandung, yang di akhir 2014  lalu disiram air keras. Perjuangan A untuk bisa sembuh enggak sebentar, dan kejadian ini masih membuatnya trauma hingga sekarang.

(Baca juga: Banyak korban penyiraman air keras adalah perempuan. Apa alasannya?)

“Kejadiannya berlangsung sekitar akhir 2014. Waktu itu aku pulang kerja, sekitar jam 7-an. Posisiku sudah dekat rumah sih. Tiba-tiba dideketin sama motor, dan pengendara motor itu langsung menyiramku.

Aku kaget dan enggak kepikiran itu air keras. Aku cuma merasa air itu lengket dan berwarna. Karena itu, aku lari ke rumah dan mencuci dengan air.

Yang kena siram adalah bagian kiri muka, pundak dan lengan. Untungnya aku pakai blazer yang agak tebal jadi yang rusak blazer, melepuh gitu. Aku juga pakai kerudung jadi bagian pipi sampai kuping enggak kena. Untungnya juga aku tutup mata, sehingga mataku baik-baik saja.

Ketika kena air keras, itu efeknya seperti kebakar dan cairan itu bisa masuk sampai ke bagian dalam daging. Kalau digosok malah bikin parah.

Aku pun ke UGD di salah satu rumah sakit umum, tapi enggak langsung ditangani. Aku masuk UGD malam dan harus menunggu sampai besok siang jam 2, mungkin karena pasiennya banyak kali ya.

Keadaanku pertamanya kelihatan putih-putih gitu dan mukaku bengkak. Lama-lama mulai kelihatan luka-luka dan memerah. Akhirnya harus dioperasi karena cairan ini masuk ke dalam daging. Jadi harus dibersihin sisa-sisa air di dalam kulit dan daging biar enggak jadi racun dalam tubuh dan takutnya nanti masuk ke bagian lain di tubuh.

Aku dirawat sekitar 2 mingguan. Setelah itu aku harus bolak balik ke rumah sakit dua hari sekali buat dibersihin oleh dokter selama sekitar 2 bulan. Habis itu, kontrol ke rumah sakit sebulan sekali. Total ada sekitar enam bulan aku bolak balik ke rumah sakit. Selama itu enggak boleh pakai perawatan muka, keluar rumah harus pakai masker karena sensitif kalau kena sinar matahari.

Kalau sekarang bekasnya masih ada, di sekitar hidung, tapi kalau diperhatiin banget baru keliatan. Warna kulit jadi sedikit beda, agak lebih gelap.

(Baca juga: ini yang terjadi pada kulit manusia kalau disiram air keras)

Aku enggak tahu apakah aku diincar apa random. Soalnya beberapa hari sebelumnya ada kejadian yang sama, meski enggak di lingkungan aku. Polisi sempat nanya-nanya tapi sampai sekarang enggak ada kelanjutannya.

Karena waktu itu malam dan aku kaget pas disiram, jadi aku enggak melihat siapa pelakunya dan enggak tahu nomor motornya. Aku cuma bisa ngasih tahu ciri-ciri pelakunya aja.

Aku enggak mau mencurigai siapa. Mungkin juga aku pernah ada masalah dan bikin sakit hati orang lain. Sekarang aku jadi lebih berhati-hati aja, khususnya kalau lagi jalan sendiri di tempat sepi. Lebih menjaga prilaku juga karena mungkin saja ada tindakanku yang nyakitin orang lain. Jadi balik ke diri kita aja.

Trauma pasti ada. Aku jadi enggak pede karena ini yang diserang muka dan aku cewek. Karena di muka aku enggak bisa lihat langsung seberapa parah lukanya kecuali kalau lagi ngaca. Ekspresi orang-orang ketika melihatku bikin aku jadi down. Emang separah itu ya? Sampai sekarang jadi keterusan buat pakai masker karena takut ada orang jahat.

Untuk bisa bangkit lagi, lingkungan yang mendukung seperti keluarga dan sahabat itu ngebantu banget. Dukungan mereka jauh lebih berguna ketimbang mereka yang mengasihani.

Aku juga sempat menghilang dari medsos dan orang sekitar sampai lukaku kering dan akhirnya bisa pakai makeup. Aku juga menghilang dari teman lama dan teman kuliah karena malas menjawab apa yang terjadi.

Sebagai gantinya, aku mencari lingkungan dan kegiatan baru. Aku sempat ikut komunitas memanah dan berkuda. Karena mereka baru kenal aku, jadinya enggak kepo.

Menurutku, yang paling penting adalah kita terus berpikir positif. Memang, sih, bekas luka ini bikin enggak pede, enggak cantik lagi, tapi aku tetap berusaha untuk bersikap baisa dan menerimanya.

Kalau ada yang menjadi korban dan masih down, menurutku kita harus yakin kalau ini bakalan berlalu. Kita harus selalu berpikri positif meski orang lain menatap kita dengan tatapan kasihan. Kita harus kuat.

Selain dari diri kita, menurutku penting juga untuk melapor ke polisi, terlepas dari apakah nanti pelakunya tertangkap atau enggak. Setidaknya pihak berwajib tahu ada kejadian ini.

Kalau dari diriku sendiri, aku jadi lebih menjaga diri dan sikap, karena takutnya ada tindakan atau perkataanku yang menyakiti orang lain.”

Kekerasan dengan air keras atau acid attack enggak cuma terjadi di Indonesia. Fakta ini menyebutkan kalau kejadian ini sering di negara lain, terutama India dan Bangladesh. Tujuannya adalah untuk menyakiti dan meninggalkan bekas permanen tapi bisa segera kabur. Seperti A, korban acid attack yang survive pun banyak. Yang penting diingat adalah, tetap positif dan yakin kalau kita pasti bisa bangkit lagi.