Harga Pembalut Mahal, Ini yang Dipakai Cewek-cewek dari Berbagai Negara Saat Mentruasi

By Natalia Simanjuntak, Rabu, 24 Mei 2017 | 05:24 WIB
foto: nappyneedz.co.nz (Natalia Simanjuntak)

Mungkin bagi kita yang tinggal di kota-kota besar enggak pernah kepikiran kalo pembalut adalah barang yang penting dan berharga banget buat perempuan.

Soalnya kita bisa menemukan benda ini di mana-mana. Coba sebutin, apa ada minimarket di sekitar kita yang enggak jual pembalut?

Harganya juga bisa dibilang cukup terjangkau, dengan uang receh kita masih bisa memenuhi kebutuhan yang satu ini.

Tapi ternyata enggak segampang itu keadaannya bagi teman-teman kita yang tinggal di daerah lain.

Mereka harus memutar otak untuk mencari benda lain yang bisa digunakan sebagai pengganti pembalut.

Untuk lebih lengkapnya, simak artikel berikut ini.

Harga pembalut mahal, ini yang dipakai cewek-cewek dari berbagai negara saat mentruasi.

(Baca juga: Bernarkah PMS Bikin Kita Jadi Super Sensitif atau Cuma Mitos? Ini Penjelasannya)

Dilansir dari menstrualhygieneday.org, banyak perempuan di Malawi, Afrika, yang tidak mampu membeli pembalut dan beralih ke alternative lain seperti menggunakan kain lap, serat pisang, busa Kasur, dan kertas toilet pada periode menstruasi mereka.

Dilansir dari nationalgeographic.com, perempuan di Nepal harus menjalani masa menyedihkan ketika lagi menstruasi, yakni diasingkan.

Perempuan yang lagi menjalani masa haidnya dianggap tidak suci dan diusir ke gubuk pengasingan.

Perempuan di Nepal biasanya tidak menggunakan apa-apa sebagai pengganti pembalut, tapi ada juga yang memakai kain untuk menahan darah yang keluar.

(Baca juga: 4 Jenis PMS yang Cewek Harus Tahu!)

Banyak daerah pedesaan di India yang belum tersentuh kemajuan teknologi. Seperti yang ditulis di BBC, seorang pria bernama Arunachalam Muruganantham menciptakan pembalut murah untuk istrinya di tahun 2014.

Sebelum itu, pria ini mengaku merasa kasihan pada istrinya yang ternyata selalu menggunakan kain lap kotor di masa menstruasinya.

Tak hanya kain bekas kotor, Muruganantham semakin terkejut ketika mengetahui bahwa perempuan di pedesaan India banyak menggunakan bahan tak higienis lainnya sebagai pengganti pembalut, seperti pasir, serbuk gergaji, daun, bahkan abu.

Celakanya lagi, para perempuan yang menggunakan kain bekas sebagai pembalut biasanya terlalu malu untuk mengeringkannya di bawah sinar matahari sehingga kain tersebut akan selalu basah dan kotor.

Inilah sebabnya mengapa menurut data, sekitar 70 persen dari semua penyakit reproduksi di negara ini disebabkan oleh kebersihan menstruasi yang buruk, yang juga dapat mempengaruhi angka kematian ibu.

Duh, sedih banget!

(Baca juga: 7 Faktor Mengejutkan Penyebab Sulitnya Hidup Sebagai Cewek di Korea Selatan)