“Awalnya aku perawatan wajah di dokter spesialis kulit. Terus dokternya bilang, ‘kalau jerawatnya masih ada setelah sebulan nanti, kamu mau pilih perawatan suntik, enggak?’ Aku sih enggak masalah karena di dokter spesialis kulit, kalau di salon biasa aku enggak mau, takut enggak terjamin dan bahaya buat kulitku.” “Treatment suntik ini pun enggak sembarangan. Sebelum melakukan suntik putih atau suntik vit. C, badanku juga harus dicek terlebih dahulu. Tensi darah, tinggi badan dan berat badan harus ideal supaya dosis vit. C yang masuk ke tubuh kita nanti pas. Nah, kalau dokter gadungan enggak bakal dicek begituan dan asal suntik aja. Walhasil, dosis vit.C yang berlebih akan mengendap di ginjal dan bahayanya lagi bisa bikin gagal ginjal.”
“Selain itu, satu jam sebelum dan sesudah melakukan treatment suntik, perut enggak boleh kosong. Jadi aku harus disiplin makan sebelum dan sesudahnya.” “Tapi memang hasilnya kerasa banget. Kulitku jadi segar, cerah, dan jerawat jadi hilang.” Untuk melakukan treatment ini, Ditha mengaku dirinya harus disuntik di bagian lengan setiap seminggu sekali. Dan rutin dilakukan sampai 10 minggu. “Emang hasil maksimalnya bisa dirasakan setelah 10 kali suntik, setelahnya baru deh sekali sebulan aja.”
Curhatan dari keempat teman kita di atas tentang pengalaman mereka memakai perawatan krim pemutih dan suntik putih, bisa kita jadikan pelajaran nih girls! Kita perlu bijak dalam memilih perawatan kulit yang sesuai dengan kebutuhan kulit serta tahu kualitas dari perawatan yang akan kita terapkan. Krim pemutih wajah dan suntik putih enggak akan berbahaya kalau kita mengaplikasikannya sesuai dengan dosis dan pengawasan dari dokter. Yang perlu kita waspadai adalah produk-produk pemutih wajah yang dijual di pasaran tanpa resep dokter. Jangan asal tergoda dengan harganya yang murah, enggak mau kan mengorbankan kulit wajah kita karena enggak bijak memilih perawatan kulit?
(Baca juga di sini: Pengin Kulit Cerah & Sehat Seperti Aktris Korea? Yuk Makan 7 Buah Ini!)