Berita meninggalnya kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, mengejutkan dunia olahraga Indonesia. Choirul Huda meninggal akibat cedera yang dialami saat berbenturan dengan sesama teman satu timnya, Ramon Rodrigues saat pertandingan di Stadion Surajaya.
Hypoxia atau kekurangan oksigen disebut menjadi penyebab kematian Choirul. Kejadian semacam ini perlu juga kita tahu karena ternyata bisa dialami siapa saja dan kapan saja, bukan hanya terjadi pada atlet. Ini 3 faktanya.
Faktor terjadinya hypoxia atau kekurangan oksigen bisa disebabkan karena benturan, seperti yang dialami Choirul Huda, hingga menyebabkan henti napas dan henti jantung.
Dilansir dari Kompas.com, menurut dokter Yudistiro Andri Nugrohi, spesialis Anestesi menyebutkan hypoxia bisa terjadi pada siapa saja. Aktivitas sehari-hari, kurang hati-hati, dan olahraga yang kita lakukan juga bisa mengantarkan pada benturan berujung hypoxia.
Dokter Dyah Wijayanti, koordinator kesehatan KONI Jatim juga mengungkapkan, hypoxia atau keadaan kekurangan oksigen bahkan bisa terjadi akibat wajah tertutup bantal, kecelakaan, atau tenggelam. Hal ini menyebabkan trauma saluran napas, seperti hidung dan leher tertutup.
(Baca juga: 7 Penyakit Ini Bisa Diprediksi dari Kondisi Kulit Kita. Lebih Baik Mencegah!)
Kasus hypoxia bisa terjadi pada siapa pun, maka penanganan pertama itu harusnya jadi pengetahuan umum untuk kita.
Dokter Dyah mengatakan, penanganan pada seseorang yang mengalami hypoxia akibat tersumbatnya jalan napas adalah Resusitasi Jantung Paru (RJP), mulai dari tahapan A-B-C.
A, singkatan dari Airway Control, atau penguasaan jalan napas. Pada tahapan pertama, waktu terlama melihat korban yang mengalami gangguan napas hanya empat menit. Lewat dari itu, maka ada kerusakan hingga enggak ada oksigen yang masuk.
Cara sederhananya dengan berkomunikasi dengan korban. Seperti bertanya ada rasa sakit di mana saja. Kalau korban enggak bisa menjawab, segera lakukan penanganan jalan napas seperti menaikkan kepalanya, angkat dahi, dan menekan dahi.
Tahap B, yaitu Breathing Support yang dilakukan menggunakan mulut penolong. Terakhir tahap C, yaitu Circulatory Support dilakukan dengan pijatan jantung luar.
(Baca juga: Ternyata, 10 Penyakit ini Bisa Dideteksi Lewat Bau Mulut!)
Kalau melihat dari kasus Choirul Huda, dokter Dyah mengatakan lidah Choirul terlihat tertelan, hal ini juga yang paling sering terjadi dan menyebabkan sumbatan jalan napas. Penyelamatan pada korban yang mengalami hypoxia memang harus dilakukan sesegara mungkin. Dokter Dyah juga menyebutkan, trauma saluran napas adalah salah cedera yang membuat atlet rentan memgalami kematian.
Kompas.com/Gloria Setyvani Putri
Artikel ini pertama kali tayang dengan judul, "Bagaimana Kasus Choirul Huda Beri Pelajaran tentang "Hypoxia"?"