6 Bentuk Perlindungan Diri yang Bisa Dilakukan Penyintas Kekerasan Seksual

By Indra Pramesti, Senin, 12 Maret 2018 | 13:50 WIB
Ini cara supaya kita bisa menghadapi trauma (Indra Pramesti)

Salah satu cara yang bisa lakukan untuk terlepas dari depresi atau trauma adalah dengan mengekpresikan kreatifitas kita. Kita bisa menulis cerpen atau puisi, dan melukis. Enggak perlu harus bagus banget, karena yang terpenting adalah kreatifitas kita bisa tersalurkan.

Saat sedang tidak melakukan apa-apa, pikiran kita sering dihantui dengan kenangan buruk menjadi korban kekerasan seksual. Oleh sebab itu, menyalurkan kreatifitas menjadi langkah kita perlahan-lahan mengubur kenangan buruk tersebut.

(Baca juga: 6 Fakta Seputar Selaput Dara yang Belum Kita Ketahui!)

Sebenarnya, ada banyak banget komunitas yang mampu melindungi dan memberi dukungan kepada para korban kekerasan seksual di lingkungan kita. Komunitas ini bisa membantu kita untuk merasa aman dan menemukan orang-orang yang juga mengalami hal buruk seperti kita.

Lewat mereka, kita bisa saling memberi dukungan untuk bertahan dan melawan rasa trauma.

Dengan dukungan dari komunitas juga, kita jadi berani menyuarakan kejadian buruk yang pernah kita alami. Kisah kita nantinya bisa menjadi pelajaran untuk orang-orang lain.

Nantinya, trauma yang kita alami bisa saja menghantui kita di kemudian hari. Kita jadi merasa takut dan membatasi diri.

Ketika ajakan untuk berhubungan seksual nantinya datang dari pasangan kita saat dewasa, jangan takut mengatakan kalau kita memiliki batasan-batasan seksual yang bisa mengganggu keadaan emosi kita. Dengan menjadi terbuka, kita bisa membebaskan diri dari rasa trauma.

Selain itu yang tidak kalah penting adalah, temukan pasangan yang mau menghargai batasan-batasan seksual yang kita miliki.

Saat menjadi penyintas kekerasan seksual, kita yang semula ingin mengedukasi atau menguatkan korban lainnya sering menemui keadaan atau percakapan yang kurang megenakkan. Orang-orang yang menempatkan kita di posisi ini tidak terbuka untuk belajar dan enggak menganggap kasus kekerasan seksual adalah masalah penting.

Selamatkan diri kita dari posisi tersebut. Kita tidak memiliki keharusan untuk tetap tenang dan tetap berada dalam situasi yang tidak nyaman itu. Dan kita tidak memiliki keharusan untuk mengedukasi seseorang. Sebaliknya, kita bisa menceritakan kepada orang yang mampu bertindak sebagai perantara.

Pada akhirnya, utamakan diri kita sendiri terlebih dahulu. Temukan cara yang paling tepat untuk membantu kita terlepas dari segala bentuk stres dan trauma pasca menjadi korban kekerasan seksual.

Ingat selalu bahwa kita tidak sendirian dan kita juga membutuhkan bantuan, apalagi ketika kekerasaan seksual menjadi percakapan di setiap platform media massa.

(Baca juga: Belajar dari Kasus Hanna Anisa, Ini Alasan Kita Enggak Boleh Ikut Menyebarkan Video Seks)