Selamat Hari Pahlawan!
Setiap tanggal 10 November, rakyat Indonesia selalu merayakan Hari Pahlawan yang dijadikan momen berharga untuk mengenang jasa para pejuang yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan di masa lampau.
Tapi, apa sih sebenarnya yang melatarbelakangi penetapan tanggal 10 November menjadi Hari Pahlawan yang diperingati hingga saat ini? Yuk intip sejarah singkatnya, girls!
(: 4 Pelajaran Hidup Cut Nyak Dhien yang Bisa Bikin Kita Jadi Cewek Hebat Seperti Beliau)
Dilansir dari merdekafm, mantan pimpinan tertinggi gerakan Pemuda Republik Indonesia (PRI), Soemarsono, yang juga berpartisipasi dalam peperangan, mengusulkan pada Presiden Soekarno untuk menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Saran ini didasarkan pada momentum peperangan di Surabaya yang menurut Seomarosono menjadi legitimasi peran militer dalam perjuangan merebut kemerdekaan.
Kala itu, pertempuran di Surabaya bukan cuma dimotori oleh kalangan militer, tapi juga masyarakat, santri dan arek-arek Surabaya.
Hebatnya, para pahlawan di Surabaya saat itu hanya berbekal bamboo runcing dan persenjataan lain yang kalah jauh kekuatannya dibanding milik serdadu NICA (Netherlands Indies Civil Administration).
Nilai kepahlawanan yang tersemat pada perjuangan itu yang akhirnya membuat Soekarno setuju untuk menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan menjelang tahun 1950an.
Pertempuran 10 November adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan.
Perang ini dianggap sebagai salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia sertas menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Insiden bendera di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya pada tanggal 18 September 1945 menjadi pemicu pertempuran ini.
Saat itu sekelompok orang Belanda dibawah pimpinan W.V.Ch.Ploegman mengibarkan bendera Belanda (merah-putih-biru) tanpa persetujuan pemerintah RI. Padahal maklumat pemerintah menetapkan mulai 1 September 1945 bendera nasional Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini sontak membakar amarah rakyat Surabaya karena pihak Belanda dianggap melecehkan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.
Keesokan harinya para pemuda dipimpin oleh Residen Soedirman mendatangi Ploegman untuk berunding agar Belanda menurunkan bendera tersebut.
Ploegman menolak, perundingan memanas dan perkelahian terjadi yang menewaskan Ploegman.
Pihak Indonesia kemudian menurunkan bendera Belanda, merobek bagian berwarna biru lalu mengereknya kembali bagian berwarna merah dan putih ke puncak tiang.
Sejak insiden bendera di Hotel Yamato ini, perselisihan Indonesia dengan pihak Inggris (Belanda datang memboncengi), semakin memanas, termasuk salah satu pemicunya adalah kematian Brigadir Jenderal Mallaby. Hingga puncaknya terjadi peperangan pada tanggl 10 November.
Pengganti Brigjen Mallaby, Mayjen Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa pihak Indonesia harus menyerahkan seluruh persenjataan dan menyerahkan diri pada tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pagi.
Ultimatum ini ditolak oleh pihak Indonesia karena dianggap sebagai sebuah penghinaan atas kemerdekaan yang udah diraih.
Pertempuran pun enggak terelakan. Salah satu tokoh penting Indonesia saat itu yang berhasil mengobarkan semangat arek-arek Surabaya dengan orasinya adalah Bung Tomo.
Salah satu isi orasi menggebu-gebunya berbunyi, “Dan untuk kita saudara-saudara. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!”
Selain Bung Tomo, tokoh berpengaruh lain seperti KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah berhasil menggerakan para santri dan masyarakat sipil untuk ikut bertempur.
Dalam waktu tiga hari Inggris berhasil merebut kota. Tapi peperangan baru benar-benar reda setelah tiga minggu karena kegigihan perlawanan arek-arek Surabaya. Pertempuran berdarah yang memakan korban ribuan jiwa ini berhasil membangkitkan semangat perlawanan rakyat di seluruh Indonesia.
(: 9 Pahlawan Perempuan Indonesia yang Enggak Banyak Orang Tahu)
Dilansir dari Tribunnews.com, tahun 2017 ini, Hari Pahlawan mengusung tema “Perkokoh Persatuan untuk Membangun Negeri”. Harapannya adalah momentum peringatan tahun ini bisa membuat rakyat Indonesia semakin bersatu untuk membangun Indonesia.
Ketua Umum Hari Pahlawan Nasional 2017 Agus Tansil berharap bahwa sejarah penjajahan devide et impera (adu domba) kembali terulang dan membuat rakyat Indonesia terpecah belah.