Saat ini, banyak orang yang beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama. Sayangnya, diskriminasi berbasis gender masih sering kita temui di manapun kita berada, termasuk juga di sekolah.
Seksisme adalah sebuah asumsi yang menyakini bahwa salah satu jenis kelamin seseorang dianggap lebih superior jika dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Seksisme, juga disebut membatasi laki-laki dan perempuan untuk berekspresi.
Yuk kenali 5 tindakan seksis terhadap perempuan yang sering kita temui di sekolah.
(Baca juga: 8 Komentar Pasif-Agresif yang Lebih Buruk Daripada Menghina Langsung. Wajib tahu!)
Pemilihan ketua kelas
Dalam pemilihan ketua kelas, OSIS, atau pun PK, sering kita temui kalau cewek jarang dijadikan kandidat sebagai pemimpin.
Anggapan kalau cewek sering memutuskan sesuatu secara emosional dibandingkan dengan cowok yang lebih mampu berpikir dengan logika, faktanya enggak sepenuhnya benar.
Bahkan enggak ada satu pun penelitian secara ilmiah yang mempelajari tentang siapa yang lebih baik memimpin. Bahkan, pemimpin perempuan juga enggak kalah baik jika dibandingkan dengan laki-laki.
Enggak jarang kita temui teman-teman laki-laki menolak mendengarkan pendapat kita saat berdiskusi. Hanya karena kita adalah perempuan dan dianggap pendapatnya enggak relevan.
Cewek yang punya catatan enggak rapi sering dibilang enggak memperlihatkan sisi rapi dan teratur sebagai seorang cewek. Padahal, setiap orang punya cara yang berbeda buat belajar dan memahami sesuatu.
Mungkin dengan model catatan yang berantakan, dia bisa jauh lebih memahami rangkuman yang dia tulis.
Sering mendengar kata-kata, “Dandan dikit dong, biar kayak cewek”? Mirisnya lagi, kata-kata itu juga sering kita dengar dari sesama teman perempuan.
Kenyataannya, mau seperti apa kita berdandan atau berpenampilan, kita sama sekali enggak mengurangi derajat kita sebagai perempuan.
Diskriminasi berbasis gender ini juga enggak hanya dialami sama perempuan saja. Teman laki-laki juga sering mendapat tekanan ketika berperilaku girly, atau ketika mereka mengambil ektrakurikuler yang identik dengan perempuan, seperti memasak atau dance.
(Baca juga: 3 Fakta Penting Tentang Gerakan ‘Time’s Up’ di Golden Globes 2018 yang Peduli Pada Isu Perempuan)
Dalam pelajaran olahraga, enggak jarang kita juga menemukan kasus yang mengarah kepada seksisme.
Seperti misalnya, ketika guru olahraga menurunkan standar penilaian untuk siswa perempuan dan menaikkan standar penilaian buat siswa laki-laki.
Enggak jarang, banyak juga siswa laki-laki yang merasa dirugikan dan menganggap dirinya enggak bisa berolahraga karena standar yang terlampau tinggi.
“Cemen banget sih lho, kayak cewek” “Gitu aja enggak berani, mau ganti pakai rok?” atau kalimat-kalimat sejenisnya yang bernada merendahkan perempuan.
Cemen bukanlah sifat dasar perempuan dan rok enggak seharusnya diartikan sebagai penanda kelemahan seseorang.
(Baca juga: Dear Cewek, Terkadang Kita Enggak Sadar & Diam Saja Saat Diperlakukan Berbeda. Padahal...)