Sekitar umur 8-13 tahun, ketika kita mengalami masa-masa pubertas, rambut pubis akan tumbuh pada area tersebut dan berwarna gelap.
Tapi seiring dengan berjalannya waktu dan semakin bertambahnya usia seseorang, rambut tersebut bisa berubah warna menjadi keabu-abuan.
Kulit di area tersebut memiliki sifat yang sensitif, sehingga gampang terkena razor burn, folikulitis, dan juga kontak dermatitis ketika kita melakukan cukur rambut di area vulva
Tapi, razor burn bisa kita hindari dengan cara mencukur usai mandi ketika kondisi rambut dan kulit masih lembap. Folikulitis, yakni infeksi bakteri yang menimbulkan bentol kecil berwarna merah dan nyeri, dapat dihindari dengan mengaplikasikan lotion sebelum dan sesudah proses cukur.
Sementara kontak dermatitis, yakni iritasi kulit yang menimbulkan gatal-gatal dan kulit terasa terbakar, bisa dihindari dengan menghindarkan kontak langsung antara sabun, detergen, dan parfum dengan kulit di area vulva.
(Baca juga: 4 Manfaat Kalau Kita Enggak Mencukur Rambut Vagina)
Menurut ACOG, vulvodynia adalah rasa sakit pada vagina/vulva yang bisa terjadi selama tiga bulan atau lebih, tapi tidak disebabkan oleh infeksi atu penyakit kulit lain.
Vulvodynia akan menimbulkan rasa nyeri, terbakar, hingga perih pada area sekitar vulva. Dan dapat diobati dengan berbagai macam penyembuhan, seperti melakukan terapi.
Penyakit menular seksual, seperti genital herpes akan menimbulkan luka kecil berwarna merah yang tampak di area vulva. Kalau kita mengalami gejala ini, kita perlu sesegera mungkin menghubungi dokter untuk penanganan yang tepat.
Vulva yang kita miliki ternyata enggak perlu dirawat dengan perhatian penuh. Karena pada dasarnya, vulva memiliki kemampuan untuk membersihkan dengan sedirinya.
Malah, kebanyakan iritasi yang timbul pada area vulva disebabkan oleh perawatan yang terlalu berlebihan seperti menggunakan sabun beraroma, atau terlalu keras ketika melakukan scrub.
(Baca juga: 4 Fakta yang Kita Tahu Tentang Rambut yang Tumbuh di Puting Payudara)