Berhenti Bikin Orang yang Melakukan Hal Enggak Penting Jadi Terkenal!

By Indra Pramesti, Kamis, 15 Februari 2018 | 08:55 WIB
Stop Making Stupid People Famous (Indra Pramesti)

Sering enggak sih, waktu buka media sosial, eh, yang kita lihat malah video atau perkataan viral dari seseorang yang bikin kita balik bertanya, 'Nih orang siapa, sih?'.

Misalnya, ada seseorang yang jadi ngetop karena dia sering mengucapkan kalimat dengan diksi asal comot dengan tujuan supaya menarik perhatian. Akhirnya, pesan yang dia katakan pun enggak 'nyampe' ke kita dan bikin kita bertanya balik, 'Ngomong apaan sih?'. Eh, herannya dia malah ngetop.

Kalau dibandingkan dengan orang-orang berprestasi, seperti ilmuwan, atlet, atau orang yang mengharumkan nama bangsa, sepertinya ya, mereka kalah ngetop dari orang yang jadi trending karena hal yang terkesan 'enggak penting' ini.

Sebenarnya kenapa sih sampai ada kasus seperti ini dan bagaimana seharusnya kita menanggapinya? Yuk, simak kulasan berikut!

(Baca juga: Ngiri Sama Teman Sendiri Wajar Atau Enggak, Ya? Ini Dia Jawabannya!)

Salah satu dampak media sosial yang paling besar adalah adanya tombol 'like' dan kotak untuk berkomentar. Tanpa kita sadari dua hal ini membuat kita memandang kepopuleran dengan kacamata yang berbeda.

Kepopuleran seseorang akhirnya bisa diklaim dari banyaknya like dan komentar yang dia dapatkan dari platform media sosial. Semakin banyak like dan komentar yang dia dapatkan, semakin virallah dia. Semakin banyak like dan komentar yang dia dapatkan, semakin terkenal juga image-nya.

Sayangnya, kita malah sering membuat orang-orang yang melakukan hal 'enggak penting' ini jadi terkenal. Ini karena kembali lagi ke kebiasaan kita sendiri, yaitu kerap berkomentar terhadap suatu hal. Sampai hal yang 'enggak penting' pun tak lepas dari komentar kita.

Padahal kalau dilihat-lihat dari komentarnya, ternyata enggak banyak yang mendukung, lho, malah banyak yang terkesan mencela atau mengarah ke bully.

Enggak ada yang salah dengan rasa keingintahuan tinggi alias kepo. Tapi tunggu dulu, sudahkah kita kepo dengan benar? Karena banyak dari kita yang ternyata enggak bisa menempatkan rasa keingintahuan ke hal yang lebih 'penting'.