Pernah enggak ketika bercanda lalu teman tiba-tiba bete atau tersinggung? Atau sebaliknya, kita merasa sakit hati karena bercandaan teman.
Hal ini bisa saja terjadi, karena lelucon yang kelewat batas dan membuat kita enggak nyaman. Lebih jauh lagi, lelucon ini bisa menjadi bullying jika dibiarkan.
Karena lelucon bisa menyakiti, ini 3 tanda kalau bercanda sudah kelewat batas dan jadi bullying.
(Baca juga: 10 karakteristik cowok yang menunjukkan dia berpotensi menjadi pelaku kekerasan seksual)
Lelucon terkadang bisa menyerang dan memperlakukan seseorang. Saat kita melontarkan lelucon soal orang lain, tetap bersikap menjaga perasaan mereka.
Karena terkadang lelucon kita bisa menyakiti hati orang lain karena ucapan yang menyinggung ranah personal seseorang.
Kita menganggap lelucon hanya lelucon, enggak lebih. Walaupun lelucon itu menyerang orang lain, kita enggak merasa hal ini sebagai masalah besar.
Semua orang menjalaninya dan kalau dia marah berarti tandanya dia bukan teman yang seru buat bermain bersama. Coba deh, sekali-kali posisikan diri kita pada teman yang biasanya dijadikan lelucon dan ditertawakan oleh seluruh sahabat kita.
Kita akan merasa sangat malu, dipermalukan, rendah diri dan sedih. Bullying tetap menjadi bullying, meski dilakukan sahabat terdekat kita sendiri. Saat kita merasa dipermalukan atau diserang meski lewat lelucon berarti kita menjadi korban bullying.
(Baca juga: berhenti membuat orang yang melakukan hal enggak penting jadi terkenal)
Saat kita menjadi korban bullying lelucon, hentikan dengan sikap yang dewasa dan pintar. Kalau kita terlihat emosi atau kesal, mereka akan tambah bullying kita dengan ejekan baru.
Berusaha berpikir secara jernih dan sampaikan sikap enggak suka kita lewat gerakan tubuh. Atau kita bisa bilang kepadanya 'Oke, kali ini enggak ada yang lucu," dengan begitu mereka akan menyadarinya.
Kalau mereka tetap melakukan ejekan atau lelucon terhadap kita. Tinggalkan tanpa berkata apapun. Supaya pelaku menyadari sendiri kalau perbuatannya sudah melewati batas.
Penting diingat bahwa ucapan yang kita anggap biasa saja bisa menyakiti orang lain, sehingga harus banget untuk bisa berpikir panjang sebelum melontarkan sesuatu.
(Baca juga: curhat seorang perempuan yang pernah diperkosa oleh gebetannya dan didiskriminasi)
(stefanie)